HOME, AturUang

Kiat Merencanakan dan Menghitung Biaya Pendidikan Anak di Luar Negeri

Kiat Merencanakan dan Menghitung Biaya Pendidikan Anak di Luar Negeri

MOMSMONEY.ID -Semua orangtua pasti memiliki impian dan cita-cita agar anaknya mendapatkan pendidikan terbaik. Sebab, bagaimana pun, warisan paling berharga yang bisa diberikan oleh orangtua bagi anaknya adalah pendidikan. Sayangnya, untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, orangtua harus merogoh kocek cukup dalam. 

Apalagi, jika mereka harus menyekolahkan anaknya hingga ke luar negeri. Siapa pun paham, menyekolahkan anak ke luar negeri perlu biaya yang tidak sedikit. Selain itu, persiapan dana dan keperluan lain cukup merepotkan. 

Biasanya, persoalan yang sering dihadapi orangtua ketika ingin menyekolahkan anaknya ke luar negeri adalah pemilihan sekolah, pengurusan izin keberangkatan dan tinggal, serta biaya pendidikan dan hidup anak sehari-hari yang memakai mata uang negara setempat. 

Biaya tidak terduga 

Nah, jika semua biaya tersebut tidak dipersiapkan secara matang oleh si orangtua, bukan mustahil, pendidikan dan kehidupan anak di luar negeri akan terbengkalai. Ketika anak bersekolah di dalam negeri, si orangtua bisa saja mencari sekolah anak yang dekat dari tempat tinggalnya sehingga tidak perlu memikirkan biaya hidup anak. 

"Tapi, ketika anak di luar negeri, hampir bisa dipastikan dia perlu biaya hidup sehari-hari yang nilainya bisa lebih besar dari biaya hidup di Indonesia," kata Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan.

Baca Juga: Cermatlah Dalam Memilih Produk Asuransi Yang Tepat  

Ketika sudah berniat untuk menyekolahkan anak ke luar negeri, orangtua harus menyiapkan keuangan sejak jauh-jauh hari. Sebab, selain biaya pendidikan dan biaya hidup, biasanya ada beberapa biaya tidak terduga lainnya. 

Biasanya biaya itu tidak dipersiapkan dalam bujet. Misalnya, orangtua harus menyiapkan polis asuransi si anak selama menempuh pendidikan di luar negeri. 

Jadi, apa saja yang harus dipersiapkan orangtua jika berniat menyekolahkan anaknya di luar negeri?

Berikut beberapa tips sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: 

1. Tentukan tempat tujuan pendidikan 

Langkah pertama yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh orangtua ketika ingin menyekolahkan anaknya di luar negeri adalah menentukan negara tujuan pendidikan si anak. 

Ini perlu dilakukan agar orangtua bisa mengetahui secara akurat biaya pendidikan dan biaya hidup anaknya berdasarkan nilai mata uang negara tujuan pendidikan. Misalnya, perguruan tinggi yang akan dituju berada di Australia, tepatnya di kota Sidney. Jadi, tentukan lokasi pendidikan anak yang diinginkan. 

2. Cari informasi biaya pendidikan anak 

Setelah menentukan negara dan kota lokasi tujuan pendidikan anak, orangtua juga harus mencari tahu biaya pendidikan anak di negara tersebut. Informasi biaya pendidikan yang dicari sebaiknya biaya total. 

Misalnya, biaya uang pangkal serta biaya sekolah dan biaya hidup selama anak menetap di luar negeri. Biaya sekolah itu sendiri masih bisa dibagi menjadi uang sekolah, uang buku, dan uang seragam jika ada. 

Cermati persyaratan yang berlaku Selain uang pangkal dan semesteran, biasanya, lembaga pendidikan di luar negeri menerapkan persyaratan lain, yang ujung-ujungnya juga menuntut biaya. Jadi, cari tahulah persyaratan khusus bagi para international student. Ini yang harus dicari tahu terlebih dahulu oleh orangtua. 

Baca Juga: Pentingnya Mengajarkan Pendidikan Seks Sejak Dini Kepada Anak

Biasanya, ada beberapa universitas di luar negeri yang membedakan biaya antara pelajar internasional dan citizenship student atau pelajar warga negara lokal. Misalnya di Singapura, Belanda, Prancis, dan Jerman. Di sana, biaya pendidikan pelajar internasional dan pelajar lokal berbeda. 

Nah, ini yang kebanyakan orangtua tidak mengetahui. Persyaratan khusus itu, misalnya, si pelajar harus memiliki asuransi jiwa dan kesehatan. Sejumlah negara juga menerapkan deposit atau jaminan untuk kebutuhan biaya hidup sehari-hari si anak. 

Deposit ini hanya bisa dicairkan setelah masa pendidikan si anak tuntas. Kebijakan masing-masing negara berbeda. Ada yang mewajibkan orangtua pelajar memiliki deposit sebesar tiga bulan biaya hidup si anak, ada yang mewajibkan deposit sebesar dua tahun biaya hidup. 

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Kian Terancam Pandemi, Risiko Kebodohan Kian Menghantui

Pemerintah setempat memberlakukan kebijakan itu sebagai bentuk pencegahan agar izin pendidikan yang diberikan tidak disalahgunakan oleh si pelajar. 

Dalam banyak kasus, izin visa diberikan untuk pendidikan, namun pelajar menggunakannya untuk keperluan bekerja demi menambah uang biaya hidup. Jadi, deposit tadi hanya bisa diambil setelah si anak lulus kuliah. 

Seringkali, informasi tersebut tak ada di website lembaga pendidikan tujuan. Untuk mengetahuinya, Anda tinggal datang ke kedutaan negara tersebut. Selain itu, kita bisa mencari informasi itu lewat ikatan alumni lembaga pendidikan yang akan menjadi tujuan pendidikan anak kita. 

3. Tentukan waktu pemenuhan biaya 

Tahapan selanjutnya adalah menentukan kapan semua kebutuhan biaya untuk pendidikan anak di luar negeri itu harus dipenuhi. Mempersiapkan biaya harus dilakukan dari jauh-jauh hari. 

Masa persiapan dana pendidikan anak biasanya berkisar 18-20 tahun. Nah, rencana menabung untuk biaya pendidikan anak di luar negeri bisa dimulai orangtua sejak si anak baru berumur satu hari. Masa menabungnya sekitar 18 hingga 20 tahun, ketika anak siap kuliah.

4. Hitung dana yang harus disisihkan 

Setelah total biaya diketahui dan target waktunya telah ditentukan, kita tinggal menghitung total biaya yang dibutuhkan anak kita kelak. Tentu saja, untuk menentukan total biaya kelak, kita harus menghitung proyeksi inflasi tahunan di negara tujuan. 

Khusus untuk biaya uang pangkal dan semesteran, kalkulasi harus memperhitungkan tingkat kenaikan biaya pendidikan per tahun alias inflasi biaya pendidikan di sekolah atau universitas tujuan. Biasanya inflasi pendidikan lebih tinggi dari inflasi ekonomi. 

Baca Juga: Perlukah Ikut Program Dana Pensiun di Luar Kantor? Ini Jawabannya

Inflasi biaya pendidikan di negara maju berkisar 5%-7% per tahun. Untunglah, di negara-negara maju, informasi semacam ini cukup mudah diperoleh dengan cara menanyakannya ke universitas bersangkutan via email. Alhasil, kita akan bisa memperkirakan dana yang harus disisihkan per tahun atau per bulan. 

Perlu dilakukan pemantauan yang cukup terhadap tingkat inflasi pendidikan maupun inflasi biaya hidup di negara tujuan pendidikan. 

Ada satu hal lagi, yang kerap terlupakan. Orangtua juga harus memproyeksikan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang di negara yang menjadi tujuan pendidikan anak kelak. Ini terutama bila kita memutuskan menyiapkan dana pendidikan dalam rupiah. Jangan heran, 10 tahun lagi mungkin satu dollar AS Rp 20.000. 

5. Tentukan instrumen investasinya 

Jika menentukan nilai dana yang mesti disisihkan tiap bulan hanya dengan membagi proyeksi total dana pendidikan kelak, tentu, dana itu akan sangat membebani kocek. Dus, kita membutuhkan instrumen investasi untuk mencapai target itu. Pilihannya bisa reksadana, saham, emas, atau properti. 

Kita juga perlu menimbang apakah apakah akan berinvestasi dalam mata uang negara tujuan pendidikan atau dalam rupiah. 

Baca Juga: Beasiswa Unggulan 2021 dari Kemendikbudristek sudah dibuka, ini infonya

Saat ini berinvestasi dalam rupiah jauh lebih menguntungkan ketimbang imbal hasil investasi di negara maju. Contoh, instrumen saham. Secara historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa memberikan return 25% per tahun. Ini masih lebih baik dibanding berinvestasi dalam dollar AS. 

Keuntungan itu juga masih bisa menutup risiko pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Jangan lupa, investasi itu perlu dilindungi dengan asuransi jiwa. Jadi, ketika orangtua meninggal dunia dalam masa mempersiapkan dana pendidikan anak, anak tetap akan mendapat pendidikan seperti yang diinginkan.

Selanjutnya: Yuk, Investasi Pendidikan Anak Lewat OVO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News