Keluarga

4 Alasan Seseorang Selingkuh, Tak Melulu Karena Orang Ketiga

4 Alasan Seseorang Selingkuh, Tak Melulu Karena Orang Ketiga

MOMSMONEY.ID - Selingkuh dalam pernikahan memang sebuah masalah yang tak akan pernah lekang dimakan waktu. Berikut ini alasan berbasis neuroscience mengapa seseorang selingkuh.

Banyak orang menganggap bahwa pria selingkuh dan meninggalkan istrinya demi wanita yang lebih seksi atau cantik. Sementara wanita akan meninggalkan suaminya demi pria yang lebih mapan. 

Padahal, bukan itu alasan sebenarnya seseorang selingkuh. Ternyata, seseorang bisa selingkuh karena kondisi otaknya. 

Pasalnya, perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan.

"Di Stress Management Indonesia, kami memahami bahwa kondisi mental seseorang, termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya," kata Coach Pris, CEO Stress Management Indonesia, dalam siaran pers Minggu (9/10).

"Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia ini, kami ingin memberikan informasi alasan sebenarnya seseorang berselingkuh, sehingga permasalahan bisa diatasi dari akarnya," ujar dia.

Baca Juga: Ini Daftar Top Film Netflix Hari Ini, Ngeri-Ngeri Sedap Teratas

Nah, berikut adalah 4 alasan berbasis neuroscience mengapa seseorang selingkuh:

1. Kecanduan euforia cinta

Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. 

Ahli saraf menemukan, setelah 6 bulan hingga 2 tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri.

Banyak terapis pasangan mengatakan, perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda bahwa mereka telah putus cinta. 

Kurangnya euforia ini bisa mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi. 

Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta baru membuat mereka terus mencari hubungan di luar nikah.

Baca Juga: 6 Manfaat Pohon Palem dalam Rumah, Bisa Melembabkan Udara

2. Kehilangan sirkuit kontrol diri

Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan. 

Ketika sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh. 

Namun, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya. 

Studi pencitraan otak menunjukkan, orang dengan aktivitas rendah di PFC lebih mungkin untuk bercerai. 

Anda bisa mencoba program dari Stress Management Indonesia seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kontrol diri otak Anda.

Baca Juga: Coba 4 Aplikasi Ini untuk Bantu Jaga Kesehatan Mental

3. Faktor testosteron

Sebuah studi tahun 2019 menemukan, pria dengan kadar testosteron tinggi lebih mungkin untuk melakukan perselingkuhan daripada pria dengan kadar testosteron yang lebih rendah.

Testosteron terlibat dalam suasana hati, motivasi, dan seksualitas. Tingkat testosteron yang tinggi dikaitkan dengan empati yang lebih rendah dan hawa nafsu yang tinggi, yang bisa menjadi resep untuk berselingkuh.

4. Otak yang tidak setia itu berbeda

Studi pencitraan otak menemukan, otak seseorang yang setia berbeda dari yang selingkuh. Ketika seseorang melihat gambar romantis pasangan berpegangan tangan atau menatap mata satu sama lain, misalnya, aktivasi otak berbeda antara yang setia dan tidak setia.

Penelitian menunjukkan, orang yang setia memperlihatkan lebih banyak aktivitas saraf terkait hadiah saat melihat gambar romantis dibandingkan dengan orang yang tidak setia.

Menurut Coach Pris, untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, sebaiknya pasangan saling mengenal kondisi satu sama lain sebelum menikah sehingga bisa memahami kondisi pasangannya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi. 

Pasangan yang sehat akan membentuk anak yang sehat, kemudian memengaruhi lingkungan sekitar menjadi lebih sehat juga. 

Untuk mencapai revolusi mental di Indonesia, bisa dimulai dari memperbaiki kondisi unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga. 

Untuk mengetahui dan memperbaiki kondisi kesehatan otak, Stress Management Indonesia menawarkan program seperti Brain Health Assessment, serta program-program lainnya. 

Itulah alasan berbasis neuroscience mengapa seseorang selingkuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News