HOME, InvesYuk

Tips Meracik Portofolio Investasi Andalan, Tetap Nyaman Meski Pasar Bergejolak

Tips Meracik Portofolio Investasi Andalan, Tetap Nyaman Meski Pasar Bergejolak

MOMSMONEY.ID - Gejolak yang terjadi di pasar modal belakangan ini bikin Anda resah hasil portofolio tak sesuai target? Kalau Anda telah mengikuti prinsip menyusun portofolio investasi yang tepat, kekhawatiran itu harusnya bisa diminimalisir.   

Aryawan Eko, perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi, mengingatkan, prinsip yang seharusnya diterapkan investor adalah  berinvestasi berdasarkan periode atau  lamanya waktu dana akan digunakan. Target waktu ini akan memengaruhi jenis instrumen atau aset yang dipilih. 

Secara umum, periode ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 

Untuk tujuan  jangka pendek, kata Aryawan, yaitu ada kebutuhan dana dalam waktu kurang dari 2 tahun. Dana ini untuk stand by digunakan, sehingga harus tidak berisiko. Tapi,  biasanya imbal hasilnya pun mini. Nah, pilihan instrumen yang cocok seperti deposito. Saat ini  tingkat imbalannya  kurang dari 3,5% per tahun. Sebagai alternatif, bisa produk reksadana pasar uang (RDPU).

Baca Juga: Berapa Lama Waktu Berinvestasi? Simak Penjelasannya!

Jangka menengah, yaitu ada kebutuhan dana dalam waktu 2 tahun hingga lima tahun. Dana ini masih harus minim risiko dan imbal hasilnya  harus lebih bagus dari aset jangka pendek. Anda bisa menempatkan dana pada obligasi ritel yang menjanjikan bunga di atas suku bunga dan pokok investasi  terjamin. Pilihan lain berupa reksadana pendapatan tetap.

Terakhir, tujuan jangka panjang, di mana dana akan dibutuhkan  setelah 5 tahun. Untuk kebutuhan ini, kata Aryawan, sebaiknya pilih produk investasi yang memiliki return di atas 10% per tahun, agar target dana masa depan semakin mudah dicapai. 

"Jika investor ritel pemula berinvestasi berdasarkan jangka waktu di atas, maka tidak dipusingkan dengan gejolak pasar dan keputusan suku bunga BI ataupun The Fed," ujar dia.

Di samping pertimbangan jangka waktu, tentu investor harus sudah mengenal profil risikonya saat memilih instrumen investasi.  Dengan begitu, Anda mengetahui  batas kemampuan menanggung risiko, sehingga pilihan aset bisa lebih optimal.  

Mohamad Andoko, perencana keuangan dari Oneshildt Financial Planning bilang, investor risk taker, misalnya akan lebih menyukai investasi saham karena potensi imbal hasil lebih tinggi ketimbang obligasi. Tapi, mereka juga siap dengan risiko turun tajam saat pasar anjlok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News