HOME, InvesYuk

Moms, Tengok Kinerja Portofolio Semester I 2021 dan Cermati Saran Racikan Biar Cuan

Moms, Tengok Kinerja Portofolio Semester I 2021 dan Cermati Saran Racikan Biar Cuan

MOMSMONEY.ID - Moms, ayo kita tengok lagi portofolio Anda. Bisa jadi, imbal hasil selama semester pertama 2021 lalu, tidak sesuai harapan. Soalnya, rapor mayoritas aset investasi cenderung loyo. 

Dikutip dari Tabloid KONTAN, harga mayoritas saham yang terefleksi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 0,11% ke level 5.985. Padahal, pertengahan Januari, indeks acuan sempat solid di 6.435. Aset obligasi juga lesu. 

Lemahnya kinerja aset saham dan obligasi berdampak pada performa mayoritas instrumen reksadana yang turun. Mengutip Infovesta Utama, indeks rata-rata return reksadana saham -9,27%, dan reksadana campuran -3,74%. Sementara, reksadana pendapatan tetap masih positif meski hanya 0,63%. Pasar uang jawara dengan rata-rata return 1,68%.

Baca Juga: Apa Itu Zoom Fatigue? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Adapun, aset emas jatuh paling dalam pada semester pertama. Harga emas Antam pecahan 1 gram sudah turun Rp 38.000 atau 3,9% ke level Rp 927.000. Harga jual kembali terpangkas Rp 33.000 jadi Rp 822.000/gram. Maklum, di pasar global emas spot melorot 6,76% ke posisi US$ 1.761 per troi ons di akhir semester pertama lalu.

Logam mulia kurang peminat di tengah solidnya dollar AS (USD). Tak heran, rupiah (IDR) kalah tangguh. Hingga akhir semester I-2020, kurs USD/IDR sudah naik sebesar 3,20% ke level 14.500. Artinya, dollar AS jawara aset investasi di domestik pada semester satu.

Lantas, bagaimana sebaiknya mengatur portofolio pada semester II ini? 

Jika Moms adalah investor agresif, bolehlah memanfaatkan momentum pasar saham semester II yang menurut para analis akan membaik. Pasalnya, program vaksin yang terus digiatkan, dianggap akan mendukung herd imunity sehingga ekonomi berputar lebih cepat.

Dikutip dari Tabloid KONTAN, Imelda Tarigan, perencana keuangan dari Imelda Tarigan & Partner menyarankan, perbanyak koleksi saham lapis ke dua yang pergerakannya cukup lincah, seperti sektor kesehatan dan telekomunikasi. Ini untuk aset jangka pendek.  Imelda tetap menyarankan ada alokasi pada safe haven alias emas untuk mengamankan aset.

Baca Juga: Begini Cara Lengkap Arisan Emas di Pegadaian

"Di masa ketidakpastian seperti sekarang , porsinya perlu diperbesar menjadi 10%-20%," saran Imelda.

Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt Financial Planning, menekankan, gelombang pandemi masih mendominasi sentimen aset berisiko. Maka, untuk tujuan jangka pendek, 1-3 tahun, masih perlu bersikap defensif. Dia menyarankan, portofolio jangka pendek dialokasikan untuk instrumen pasar uang, seperti deposito dan reksadana pasar uang. Bisa pula diversifikasi pada aset berbasis obligasi, seperti reksadana pendapatan tetap, karena risikonya low-medium

Nah, aset berbasis saham tetap disiapkan untuk tujuan jangka panjang. Pilihlah saham berfundamental kuat yang valuasinya masih murah. Atau beli reksadana saham.

Jangan lupa tetap alokasikan dana darurat, Moms. Jika pemasukan stabil, Budi bilang, pertahankan dana darurat untuk 3 bulan sampai 6 bulan. Tapi, jika bisnis atau perusahaan Anda di sektor yang rentan seperti pariwisata dan entertaintment, maka dana darurat perlu ditambah.

Gema K. Darmawan, Investment Strategist & Senior Portfolio Manager Samuel Asset Management (SAM) mengatakan  semester kedua, alokasi aset yang dapat dipertimbangkan,  60% pada instrumen berbasis saham, lalu 40% pada instrumen berbasis pendapatan tetap dan pasar uang.

"Apabila pasar cenderung positif ke depan, porsi aset berisiko dapat ditambah sesuai dengan profil risiko setiap investor," saran Gema, dikutip dari Tabloid KONTAN.  Reksadana pasar uang dan deposito, yang cenderung stabil dan likuid bisa dijadikan aset jangka pendek.

Baca Juga: Nabung Emas di Pegadaian, Begini Caranya

Adapun, untuk aset jangka menengah-panjang, kata Gema, reksadana berbasis saham lebih dijagokan. Di ujung tahun ini, reksadana saham masih berpotensi mencetak imbal hasil 5%-10%. Lebih tinggi ketimbang potensi return reksadana pendapatan tetap 3%-5%.

Ivan Jaya, Chief of Retail & SME Business Commonwealth Bank merekomendasikan kombinasi antara instrumen berbasis saham dan pendapatan tetap untuk jangka menengah-panjang. Dia menaksir, saham berkinerja lebih baik ketimbang obligasi pada semester II 2021. 

"Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, porsi kelas aset saham dalam portofolio bisa diperbesar," saran Ivan kepada Tabloid KONTAN. Di sisi lain, Ivan tidak merekomendasikan menambah koleksi emas, meski sekarang harganya turun. Alasannya, kondisi ekonomi global mulai masa pemulihan pasca-resesi, bikin emas kurang prospektif.

Begitu pula dengan USD. Meski sempat  berjaya karena sinyal tapering off, jangan lantas Moms memborong dollar AS. Budi menduga, USD condong akan stabil ke depan, Moms. 

Selanjutnya: Apa Itu Reksadana? Cari Tahu Yuk, Moms

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News