HOME, BisnisYuk

Kondisi Pandemi Jadi Pendorong Perkembangan Pebisnis Lokal

Kondisi Pandemi Jadi Pendorong Perkembangan Pebisnis Lokal

MOMSMONEY.ID - Diplomat Success Challenge (DSC) kembali menelurkan potensi-potensi wirausahawan muda terbaik negeri. Program dan ekosistem wirausaha dari Wismilak Foundation ini telah memasuki babak akhirnya lewat gelaran DSC12.

Melalui proses seleksi yang cukup panjang dari bulan Juli 2021, terpilihlah enam challengers yang berhasil mendapatkan hibah modal usaha. Mereka adalah: Nico Japar (Portale Cloud Kitchen), Yenni Angreni (Arcia Oil), Vania Audrey Pakpahan (Pijak Bumi), Gayatri Puspita (GUI), M. Fadli Nugraha (Gamma Waste), serta Best of the Best DSC12, Anak Agung Gde Rai Adi dengan bisnisnya yang bergerak di teknologi edukasi yaitu Koding Akademi.

Ada pula 2 finalis yang mendapatkan penghargaan khusus dari DSC12 atas ide bisnisnya yang inovatif, memiliki potensi tinggi serta memiliki dampak sosial yang baik, yaitu Fauzan Fathullah (hayVee) sebagai The Most Social Impact dan Bagas Reggas (Greenland) sebagai The Most Potential Business.

“Setelah melewati banyak tahapan seleksi, akhirnya kami berhasil menjaring wirausahawan potensial yang memiliki kualitas 3P (Paham, Piawai, Persona), yang merupakan 3 kualitas terpenting yang harus ada di diri seorang entrepreneur,” ujar Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC 12 yang juga merupakan Founding Father Program DSC.

Baca Juga: IHSG Ditutup Memerah Awal Pekan ini, Turun 1,06%

Ragam Kategori Bisnis DSC12 Mewarnai Jalannya Kompetisi

Sejak awal dibukanya pendaftaran pada tanggal 19 Juli 2021, DSC12 secara berkala menerima ratusan ide bisnis setiap hari. Menurut Helmy Yahya, Dewan Komisioner DSC12 dan Public Figure yang kini juga merambah menjadi content creator menyebut walaupun bisnis food & beverage masih mendominasi profil bisnis dari 18.233 pendaftar, kategori bisnis lain tidak lepas dari sorotan.

"Terutama mengenai banyaknya bisnis dengan visi dan misi keberlanjutan yang ramah lingkungan. Dan kami lihat semua bisnis yang masuk ke tahap final merupakan bisnis yang memiliki storytelling yang kuat soal sustainability," ujar Helmy.

Sebagai contoh, banyak bisnis yang dalam prosesnya memanfaatkan limbah sampah, material-material bekas dan lain sebagainya. Salah satunya adalah GUI milik Gayatri Puspita, salah satu finalis DSC12 yang dalam proses bisnisnya mentransformasikan limbah menjadi produk-produk kriya berkualitas tinggi.

Baca Juga: 3 Cara Mengecek Sisa Kuota Internet Telkomsel

Ada pula Greenland besutan Bagas Reggas yang mendapatkan penghargaan sebagai The Most Potential Business DSC12. Greenland bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan produk perawatan hewan berbahan dasar limbah organik seperti limbah buah kelapa, kopi, padi, ampas tahu, dan lain sebagainya.

Menurut Handoko Hendroyono, salah satu Mentor Nasional DSC12, brand lokal mengalami kebangkitan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan kondisi pandemi yang menjadi akseleratornya.

"Bisnis kriya & fashion serta food & beverage adalah dua kategori unggulan saat ini dari jutaan brand lokal di luar sana, namun betapa luar biasanya saat kedua kategori bisnis populer tersebut dikawinkan dengan konsep sustainability dan kesadaran akan lingkungan,” ungkap Handoko yang dikenal Bapak Brand Lokal.

Selain itu, bisnis Startup Digital juga kian digandrungi pebisnis muda saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi melahirkan banyak jawaban atas banyak permasalahan sosial masyarakat saat ini.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Essence Toner Buat Kulit Kenyal dan Cerah

Dua di antaranya adalah bisnis milik Fauzan Fathullah yaitu hayVee yang bergerak sebagai platform digital untuk isu kesehatan mental dan seksual. hayVee sendiri diganjar dengan penghargaan khusus sebagai The Most Social Impact DSC12.

Ada pula bisnis Koding Akademi milik Anak Agung Gde Rai Adi yang menjadi The Best of the Best DSC12. Koding Akademi adalah bisnis yang berfokus pada pengembangan kemampuan digital untuk generasi muda, antara lain skill teknologi komputer, engineering, robotics dan science, semuanya disajikan dalam satu platform dengan modul pembelajaran yang kekinian.

Koding Akademi, kata Anak Agung Gde Rai Adi, adalah platform edukasi yang fokus mengajarkan ilmu coding dan robotics untuk anak-anak usia dari 7 hingga 20 tahun.

Baca Juga: Pasien Isoman Omicron Dapat Telekonsultasi dan Paket Obat Gratis, Begini Caranya

"Kami berusaha mengenalkan 2 kemampuan ini sejak usia dini untuk mengakselerasi kemampuan teknologi generasi muda Indonesia agar dapat bisa lebih produktif dengan teknologi, sehingga di masa depan akan menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang matang dengan lebih banyak pengalaman”, tutur Anak Agung Gde Rai Adi, Founder & CEO Koding Akademi mengenai profil bisnisnya secara singkat.

Lebih jauh lagi mengenai motivasi mengikuti DSC12 dan rencana bisnis ke depan setelah mendapatkan hibah modal usaha, Adi, begitu ia disapa, mengungkapkan kebanggaannya.

“Motivasi awal saya mengikuti DSC adalah untuk membawa brand Koding Akademi untuk scale up lebih cepat untuk jadi lebih besar, lebih matang dari segi konsep dan rencana bisnis, serta pemasaran. Hibah modal usaha akan kami pergunakan untuk mengimplementasikan strategi pemasaran dengan kolaborasi, memperkuat tim dan infrastruktur, dan pastinya pengembangan produk-produk Koding Akademi,” pungkas Adi lebih jauh.

Baca Juga: Promo Traveloka Paylater, Booking Hotel Dapatkan Diskon Hingga Rp 388.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News