AturUang

Kelemahan Mengandalkan Passive Income dari Sewa Properti, Apa Saja?

Kelemahan Mengandalkan Passive Income dari Sewa Properti, Apa Saja?

MOMSMONEY.ID - Simak, berikut ini kelemahan mengandalkan passive income dari sewa properti.

Sumber pendapatan pasif atau passive income dari sewa properti berbeda dengan paper asset, seperti saham dan reksadana. Dalam bisnis sewa properti, ada biaya perawatan yang harus Anda alokasikan secara rutin. 

Biaya perawatan ini jumlahnya cukup besar dibandingkan dengan biaya pajak dari paper aset. Erlina Juwita, perencana keuangan OneShildt, mengatakan, dengan biaya yang cukup mahal itu, maka perlu ada anggaran khusus yang wajib Anda siapkan. 

"Ini bedanya dengan paper asset. Kalau paper asset kan hanya pajak, tapi kalau properti ada biaya pajak dan perawatan rutin," kata Erlina kepada Momsmoney.id.

Baca Juga: Hati-Hati Pendapatan Pasif dari Konten di Media Sosial Nilainya Tidak Pasti

Erlina bilang, paling tidak pemilik harus menyisihkan 5% dari harga properti tersebut sebagai biaya perawatan. Contoh, jika harga properti Rp 1 miliar, maka paling minimal harus Anda alokasikan 5% atau sekitar Rp 50 juta untuk biaya kebersihan maupun perawatan.

Biaya perawatan, misalnya, untuk pengecatan atau perbaikan properti sekaligus gaji penjaga.

Sumber biaya perawatan bisa saja Anda alokasikan dari menyisihkan bonus atau pendapatan per bulan di luar pendapatan pasif. Walaupun sebenarnya, bisa juga menyisihkannya dari pendapatan sewa properti itu sendiri.

Meski biaya perawatannya cukup besar, Erlina mengatakan, properti masih cukup baik untuk Anda jadikan sumber pendapatan pasif karena nilai asetnya stabil, bahkan cenderung naik.

Sementara paper asset cenderung terpengaruh kondisi pasar, sehingga harus cermat dalam memilih aset yang akan Anda koleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News