AturUang

Hati-Hati Pendapatan Pasif dari Konten di Media Sosial Nilainya Tidak Pasti

Hati-Hati Pendapatan Pasif dari Konten di Media Sosial Nilainya Tidak Pasti

MOMSMONEY.ID -   Tidak dipungkiri, makin banyak orang yang menggunakan media sosial untuk memperoleh pendapatan pasif alias passive income. Baik itu lewat iklan maupun lewat royalti. Cara ini sah-sah saja, tetapi perlu diingat hasilnya tidak pasti.            

Safir Senduk, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, mengatakan, sebelum era digital, kanal pemasaran atas sebuah karya yang bisa dijadikan sumber pendapatan royalti masih terbatas. Pemasaran karya buku, misalnya, hanya mengandalkan jaringan toko buku.

Tetapi, sekarang ini buku sudah beralih ke e-book, dan ini sama-sama bisa menghasilkan royalti. Kemudian karya lagu, dahulu penjualannya hanya dalam bentuk CD dan kaset. Makin banyak CD dan kaset yang terjual, royalti yang diterima pun makin tinggi. Namun, sekarang ini jualan lagu bisa lewat banyak media digital.

Baca Juga: Waralaba Bisa Jadi Sumber Pendapatan Pasif

Sementara itu untuk mereka yang membuat konten-konten di media sosial, Safir berpesan t harus bisa memberikan sesuatu yang beda.  Safir sendiri heran sekarang ini banyak youtuber baru yang mudah sekali viral.

"Yang penting unik. Sebelum membuat karyanya juga harus dipikirkan dahulu model pendapatannya seperti apa," kata Safir. 

Eko berpendapat sama, bahwa sekarang ini sudah terjadi perpindahan model untuk mendapatkan royalti dari dunia digital. Yang dahulunya dengan menulis buku, kini bisa menjadi vlogger. "Sebenernya itu tidak royalti, tapi pendapatan dari iklan atas sebuah karya," kata Eko. 

Jika pendapatan pasif di dapat dari aset yang bekerja, mengapa pembuat konten bisa dikatakan memperoleh pendapatan pasif?

Ternyata, Eko bilang, meski vlogger itu harus bekerja membuat konten, mengedit, bahkan mempostingnya, tetapi sebenarnya yang bekerja itu asetnya alias karya yang dibuatnya. Semakin banyak orang menonton atau membaca, seamakin banyak uang yang dihasilkan.

"Asetnya itu konten, channel, akun, dan waktu. Aset itu kan bukan cuma barang," tutur Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News