HOME, InvesYuk

Wah, IHSG Lunglai di Akhir Pekan

Wah, IHSG Lunglai di Akhir Pekan

MOMSMONEY.ID - Selama sepekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu menunjukkan kekuatannya di perdagangan. Terbukti pada akhir pekan, Jumat (13/5) IHSG ditutup turun tipis 0,03% atau 1,85 poin ke 6.597,99 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

IHSG turun tipis meski sembilan indeks sektoral menguat. Hanya dua sektor yang turun pada hari ini. Sektor teknologi terjun 3,81%. Sedangkan sektor keuangan tergerus 0,92%.

Sektor transportasi dan energi justru memimpin penguatan masing-masing 2,10%. Sektor barang konsumsi primer melesat 2,07%. Sektor perindustrian melejit 1,82%. Sektor barang baku naik 1,81%. Sektor barang konsumsi nonprimer menguat 1,19%. Sektor infrastruktur naik 0,72%. Sektor properti dan real estat menguat 0,32%. Sedangkan sektor kesehatan naik 0,15%.

Total volume transaksi bursa hari ini mencapai 22,66 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 18,69 triliun. Sebanyak 302 saham menguat. Ada 234 saham yang turun harga dan 149 saham flat.

Baca Juga: Film Pamali Segera Hadir Tahun Ini. Siap Tonton?

Erdikha Elit Sekuritas memaparkan ada beberapa sentimen yang dicermati oleh pelaku pasar baik dari eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, merahnya bursa global seperti Bursa Eropa dan Amerika Serikat tentu saja menjadi sentimen yang kurang baik bagi pasar modal lokal pada perdagangan hari ini.

Selain itu sentimen yang dominan masih seputar inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Selain itu juga ada konflik Rusia dan Ukraina yang belum mencapai titik temu. Pasar komoditas juga bergerak dengan volatilitas tinggi.

Pergerakan harga minyak dengan fluktuasi yang tinggi mencerminkan risiko bagi ekonomi dan pasar keuangan. Kini harga minyak mentah acuan global Brent masih berada di atas US$ 100 per barel. Harganya bahkan sempat menyentuh US$ 130 per barel.

“Kenaikan harga minyak dipicu oleh perang Rusia Ukraina. Namun di sisi lain China yang sedang menghadapi masalah lagi dengan covid-19 juga membuat outlook neraca migas global semakin sulit diprediksi,” dikutip dari riset Erdikha Elit Sekuritas, Jumat (13/5).

Baca Juga: 4 Merek Masker Viral yang Wajib untuk Anda Coba

Adanya embargo atas minyak Rusia juga semakin memperumit keadaan. Selama ini harga minyak telah menjadi salah satu biang kerok naiknya inflasi di berbagai negara terutama AS. Harga minyak yang naik terlalu tinggi akan memicu inflasi dan ekonomi bisa melambat bahkan terkontraksi (resesi).

Sementara itu dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa Indonesia di bulan April. Trading Economics memperkirakan cadangan devisa Indonesia bulan lalu berada di US$ 137,9 miliar atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 139,1 miliar. Meskipun neraca dagang Indonesia masih surplus besar, tetapi dengan adanya outflow dan rupiah yang tertekan bisa saja membuat cadangan devisa tergerus untuk kebutuhan stabilisasi.

Pada perdagangan Selasa (17/5) Erdikha perkirakan IHSG akan bergerak di rentang support 6.550 sampai dan rentang resistance 6.635.

Baca Juga: Promo Kopi Kenangan 13-15 Mei 2022, Beli 3 Light Kopi Kenangan Mantan Rp 33.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News