HOME, InvesYuk

Trading Saham Jadi Primadona, Jangan SampPakai Uang Hasil Hutang

Trading Saham Jadi Primadona, Jangan SampPakai Uang Hasil Hutang

MOMSMONEY.ID - Fenomena bermain saham memang sedang naik daun di tengah ekonomi yang lagi bergejolak seperti sekarang ini. Tapi jangan coba ikut-ikutan ya Moms jika tidak paham dan tidak punya dana.

Risza Bambang, perencana keuangan Oneshildt berasumsi bawah orang melihat, instrumen lain bunganya kecil-kecil. Sementara instrumen saham tampak menggiurkan. 

 Lantas, mengapa sampai banyak investor pemula bermain saham? Risza menjelaskan, sekitar 56% populasi Indonesia ini diisi milenial dan gen Z. Lalu 34% itu dari gen X dan Y; dan sisanya bayi. Menurut Risza, tipikal milenial dan Z ini sering minum kopi kekinian yang beli bukan bikin sendiri.

Nah, selama kegiatan bekerja dari rumah, dana untuk beli kopi itu mereka alihkan untuk membeli instrumen investasi. Dan itu salah satunya saham.

Jadi, selain karena instrumen investasi yang kebanyakan tiarap, anak-anak milenial yang pengeluarannya berkurang tadi mengalihkannya untuk main saham. Ada juga yang main saham demi bisa meningkatkan asetnya, karena takut semakin lama uang yang dimiliki semakin sedikit.

Tapi, ada juga orang yang tidak punya pendapatan, karena terbawa teman-temannya, jadi ikut berinvestasi. Dia memberanikan diri berutang untuk membeli saham.

”Karena alasan-alasan itulah mereka akhirnya main saham,” kata Risza.

Risza menegaskan bahwa dari dulu saham bukan suatu prioritas, karena sifatnya yang fluktuatif. Bisa naik tinggi sekali, dan tanpa dasar apa-apa bisa turun dalam seperti masuk jurang. Jadi, saham itu sebenarnya alternatif investasi. Kalau tidak mau pusing lebih baik main reksadana.

”Masalahnya sekarang ini tidak punya knowledege main saham, eh, jadi main saham,” ungkap Risza.

Akan tetapi, orang-orang yang melek finansial tidak mau berutang di masa sekarang ini. Justru mereka sedang berusaha bagaimana melunasi utang, termasuk menjual asetnya.

Nah, yang tidak paham finansial justru mengambil kesempatan untuk berutang di bank. ”Mereka utang, lantas main saham. Harapannya dengan bunga bank yang kecil dan potensi keuntungan saham yang tinggi bisa membayar cicilan bank, dan tetap mendapat keuntungan,” jelas Risza.

Kondisi ini sangat berbahaya di mata Risza. Kalau sekadar ikut-ikutan main saham dengan kelebihan dana yang ada, paling tidak hanya kehilangan dana itu. Sementara jika sampai utang dan harga saham yang dibeli anjlok, harus merugi dan terlilit utang.

Lebih bahaya lagi jika kaum milenial yang punya uang lebih tadi, misalnya dari menyisihkan uang jajan kopi, ketagihan bermain saham, dia meminjam uang untuk bisa terus menggali keuntungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News