HOME, BisnisYuk

Tirulah Langkah Memulai Usaha Jahit Denim Para Pengusaha Ini

Tirulah Langkah Memulai Usaha Jahit Denim Para Pengusaha Ini

MOMSMONEY.ID -  Prospek gerai jahit celana denim sangat bagus, karena jenis bahan ini digemari banyak orang. Nah, ada pengusaha denim yang memang pintar menjahit seperti Irsan Lupiasani, pemilik Selvedge_id. Tapi, kalau ingin buka usaha jahit denim dan tak bisa menjahit, Anda tinggal merekrut penjahit dna tukang pola. 

Jika tertarik berbisnis jins custom, Anda tidak harus bisa menjahit seperti Irsan. Bisa saja, Anda merekrut penjahit dan tukang pola.

"Dulu, saya datang ke Bandung langsung dan kasih nomer telepon ke penjahit jins. Lalu bilang kalau ada yang butuh kerjaan sebagai penjahit bisa hubungi saya," jelas Erick Ramadhani, pemilik Waroeng Jeans di Nusa Tenggara Barat. Untuk awal usaha, Anda membutuhkan dua penjahit dengan status karyawan. Dengan menjadikan mereka karyawa, Anda bisa mengontrol produk dengan lebih baik.

Besaran modal yang Anda siapkan bisa disesuaikan, minimal cukup untuk peralatan dan bahan baku. Peralatan yang diperlukan antara lain mesin jahit khusus untuk bahan denim, mesin lubang kancing, mesin obras, jarum, benang, gunting, dan meteran kain. Sementara bahan bakunya: kain bahan denim, risleting, benang, dan kancing. Untuk keperluan ini modal yang dibutuhkan bisa kurang dari Rp 20 juta.

"Untuk mesin-mesin, awalan bisa beli mesin seken dulu. Banyak yang jual," kata Erick.

Baca Juga: Manfaat Jus Lemon untuk Kesehatan Jika Dikonsumsi secara Rutin

Jika ada uang lebih, Anda bisa menyewa lokasi usaha yang strategis. Misalnya dekat dengan kampus atau area perkantoran. Sejauh ini, konsumen yang memesan jins costum kebanyakan mendatangi lokasi, jadi bukan dari penawaran online.

"Kami sewa gerai hanya untuk display kain dan layanan pesanan saja. Untuk produksi, ada tempat sendiri yang lokasinya tidak perlu strategis," kata Yohanes Arnold Setiawan, pengusaha jahit denim berlabel Eagle Jeans, Co. di Jogja. Dengan begitu, gerai Eagle Jeans Co lebih rapi dan nyaman untuk konsumen.

Jika menyatukan antara gerai jahit dan display, Anda harus memastikan ruangan tetap rapi dan bersih. Nah, gerai ini berukuran 4 meter x 4 meter cukup. Untuk menaruh bahan baku, Anda bisa menggunakan rak atau gawang yang disisipi dengan rol-rol kain.

"Untuk usaha ini, rata-rata setahun sudah bisa balik modal," ujar Erick.

Pengeluaran terbesar dalam usaha ini adalah untuk belanja bahan baku dan membayar karyawan.

"Bahan baku kain, benang, risleting itu fluktuatif harganya, seperti belakangan ini, jelas Arnold yang mengambil bahan baku dari Bandung, Solo, dan Semarang ini.

Baca Juga: 6 Jenis Bunga Mawar yang Direkomendasikan untuk Taman

Arnold tidak bisa sembarangan menaikkan harga jualnya demi mempertahankan pembeli. Dia pilih menekan margin. Hal ini juga dialami Erick.

"Selama pandemi agak riskan kalau menaikkan harga. Kami bersyukur masih mencetak keuntungan sekalipun tidak sebesar sebelumnya," jelas dia.

Tak dapat dipungkiri, persaingan bisnis ini cukup ketat. Pemain semakin banyak. Untuk itu harga juga sangat sensitif untuk bersaing.

"Yang pasti kita harus punya produk yang berkualitas. Ini masalah layanan, kalau pelanggan puas pasti balik lagi. Kalau sudah cocok pasti enggak akan ke lain hati," ujar Arnold.

Untuk itu Arnold melakukan investasi yang cukup serius dalam mesin-mesin produksi. Dia menyamakan produksinya dengan kualitas garmen. Tidak menggunakan mesin jahit biasa, ia pakai mesin jahit denim.

Sementara, Irsan menerapkan pembuatan jins sehari jadi. "Jadi kalau ada yang order online, hari ini, pesan hari ini jadi dan bisa langsung kirim. Kalau yang pesan offline, cukup tunggu dua jam celana jadi," kata Irsan yang menjalankan usahanya seorang diri ini.

Erick punya cara lain untuk meyakinkan pembeli. Dia bilang produk jinsnya menggunakan bahan berkualitas. Bahkan memberi garansi ritsleting anti jebol selama setahun.

"Quality control produk sangat penting. Sebab celana jins itu termasuk produk fashion yang pembeliannya dilakukan secara rutin," tutur Erick.

Erick menerapkan kupon pembelian pada konsumen, sehingga ia mempunyai database konsumen. Jadi kalau sudah 10 kali membuat celana denim, konsumen akan mendapatkan bonus 1 celana denim. Dari situ, Erick bisa menghitung kebutuhan konsumen. Rata-rata orang membuat celana jins 4 kali dalam setahun.

Baca Juga: Ketahui Bahayanya Mengalami Dehidrasi Pada Tubuh

"Awalnya pasti coba-coba bikin 1 celana. Kalau puas, mereka pasti bisa bikin 2 atau 10 potong celana sekaligus," jelas Erick. Biasanya yang membuat celana seperti ini adalah mereka yang sudah cari ukuran di toko dan tidak menemukan yang pas. Bisa jadi celana ukuran standard itu kekecilan atau terlalu besar.

Selain mengandalkan konsumen perorangan, usaha ini menjanjikan adanya pesanan dalam jumlah besar. Seperti yang dialami Arnold. Tidak jarang ia mendapatkan pesanan dalam jumlah lusinan dalam berbagai ukuran.

"Ada yang dijual lagi dan dikasih merek sendiri, sekali pesan bisa 4 lusin atau 6 lusin," jelas Arnold.

Selain menjahit celana jins, ketiga pemain juga menerima pesanan pembuatan jaket, celana cargo, dan celana chinos.

Bagaimana, Anda tertarik untuk menjajal usaha ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News