HOME, BisnisYuk

Teh Bankitwangi dari Ciwidey Mendunia Melalui Kualitas dan Rasa

Teh Bankitwangi dari Ciwidey Mendunia Melalui Kualitas dan Rasa

MOMSMONEY.ID -  Tak banyak produsen teh di Indonesia bisa melanglang buana di luar negeri. Salah satunya adalah teh Bankitwangi yang diproduksi oleh PT Bukitsari dari Ciwidey, Jawa barat. Tak sekadar melancong saja, teh yang diproduksi oleh PT Bukitsari tersebut juga mampu mendapatkan banyak penghargaan internasional salah satunya dari Prancis.

Tepatnya Juli 2018 lalu, AVPA (Agency for the Valorization of Agricultural Products) France memberikan penghargaan untuk teh hitam Bankitwangi dari Ciwidey. Seharum tehnya, penghargaan itu juga mengharumkan nama teh Indonesia di luar negeri.

Melalui teh hitam yang diproduksi itu, Bukitsari memperkenalkan nama teh premium Indonesia ke banyak negara. Usaha memperkenalkan teh dari Indonesia itu dilakukan karena masih ada cap miring terhadap teh Indonesia. Sebelum itu, teh dari Indonesia masih dianggap sebelah mata.

Baca Juga: Garap Pasar Bikers, Northy Sukses Membangun Bisnis Sarung Tangan Kulit

Atas dasar inilah, Ronald Gunawan, Brand Manager PT Bukitsari merasa perlu untuk mengangkat kualitas teh dari Indonesia itu. Berbagai upaya mereka lakukan, termasuk mendatangi pameran dan kompetisi teh di berbagai negara kemudian memenanginya. “Untuk membuktikan kualitas itu adalah dengan cara ikut kompetisi, dan terbukti kita bisa mendapatkan penghargaan itu,” kata Ronald kepada Momsmoney, pertengahan Maret Lalu.

Sebelum ekspor yang dilakukan mulai tahun 2015, Bukitsari sejatinya sudah menjalankan bisnis teh di dalam negeri. Ronald bilang, perusahaan yang didirikan oleh Harsono Kusnadar sejak tahun 70-an. Awal berdiri, bisnisnya sama-sama berjalan dengan merek terkenal Sosro. “Tahun 2004, kami mulai fokus ke teh organik. Sejak itulah kami mengontrol kualitas,” kata Ronald.

Beragam sertifikasi organik untuk pasar ekspor mulai dilengkapi Bukitsari. Mereka juga bolak-balik pameran dan menghabiskan biaya ratusan juta rupiah. Pameran tentu tidak seperti jual gorengan, Ketika digelar bisa langsung dipesan. Pameran teh butuh proses, pengenalan, edukasi dan juga promosi yang butuh waktu lama.

Baca Juga: Dari Rumah, Ani Susilowati Raup Cuan Puluhan Juta dari Bawang Goreng Simbok

Banyak negara disambangi Ronald, seperti Jerman, Jepang, Australia, China dan banyak lagi. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu kualitas tehnya juga dilakukan dengan cara mengundang master teh dari China, Jepang dan negara lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan mutu dan kualitas cita rasa teh yang mereka produksi.

Dari kerja keras pameran yang rutin dilakukan sejak 2015 itulah, merek teh dari Indonesia mulai terkenal di pasar teh dunia. Teh Indonesia yang dulu dikenal sebagai merek kelas dua, kini mulai diperhitungkan sebagai teh premium dunia. “Sejak itu teh Indonesia mulai dihargai pasar teh dunia,” kata Ronald yang mengelola 1.220 Hektar (Ha) lahan teh di Ciwidey, Jawa barat itu.

Menjaga kualitas

Berbeda dengan produsen teh lainnya, Bukitsari memiliki banyak prosedur untuk menjaga kualitas tehnya agar menjadi teh premium organik. Mulai dari prosedur penanaman, pemupukan, hingga kualitas lahan. Ronald bilang, dari seluruh lahan teh yang ada, tidak semuanya ditanam pohon teh. “Sebagian jadi pelindung untuk konservasi, sehingga teh tidak terkontaminasi dari lahan lain disekitarnya,” kata Ronald.

Baca Juga: Covid-19 Menginspirasi Arana Bike Mengolah Bambu Menjadi Sepeda

Demikian pula dalam hal pemetikan, Ronald bilang, karyawan yang berada di kebun untuk pemetikan sudah mendapatkan pengetahuan dalam prosedur petik. Demikian juga perlakukan dan pengolahan pasca petik. Ronald memastikan, semua terkelola secara higienis dan aman dari residu kimia. Dari hulu sampai hilir, Ronald mempekerjakan sekitar 200 orang.

Meski saat ini belum semua the produksinya grade premium, namun Ronald berencana agar seluruh produk yang dihasilkan bisa menghasilkan teh premium. Adapun teh yang masuk grade B dan seterusnya, biasanya dipasok untuk industri teh di dalam negeri. “Jika ada produk grade bawah, pasarnya juga sudah ada, tapi kami ingin semua premium,” jelasnya.

Adapun teh premium tak semuanya untuk pasar ekspor, Ronald juga memasarkan tehnya untuk dalam negeri. Melalui merek Bankitwangi, Ronald sudah memiliki jaringan pemasaran sendiri perusahaan afiliasinya. “Kami punya distributor juga yang memasarkanya secara offline dan juga melalui marketplace,” kata Ronald.

Baca Juga: Kisah Sukses BeeMa Honey Ekspor Madu ke Mancanegara

Sekadar gambaran, ekspor teh Bankitwangi saat ini berkontribusi 50% ke penjualan, dan 50% lainnya dari pasar dalam negeri. Rata-rata, saban bulan ada 40 ton teh yang mereka produksi yang harga jualnya beragam, mulai dari teh hitam seharga Rp 180.000 per kg, kemudian ada juga yang Rp 750.000 per kg dan ada juga Rp 1,8 juta per kg. “Tergantung jenis tehnya,” kata Ronald.

Sekadar gambaran, jika 2 ton- 3 ton dari dari  total produksi  40 ton teh yang diproduksi terjual dengan harga premium senilai Rp 180.000 per kg saja, maka potensi pendapatan yang bisa diperoleh PT Bukit Sari bisa mencapai Rp 360 juta - Rp 540 juta per bulan. Asumsi harga ini belum menghitung jika ada teh yang harga jualnya lebih mahal, yakni Rp 1,8 juta per kg. 

Baca Juga: Cerita Sukses Lily Mariasari Raup Omzet Miliaran dari Batik Khas Jakarta

Selain melengkapi sertifikasi, Ronald bilang, salah satu cara yang cukup membantu bisnisnya adalah dengan cara ikut pameran. Salah satu pameran yang diikutinya adalah Brilianprenuer 2021. Saat pameran, Ronald bercerita, mendapatkan banyak pengetahuan bisnis dan juga relasi dalam kegiatan tersebut.

Terkait dampak pandemi, Ronald bilang, pihaknya sempat terpuruk di awal pandemi atau tahun 2020. Namun, memasuki tahun 2021, penjualannya justru bangkit dan berlari dengan kenaikan penjualan sampai 400%. Kenaikan penjualan tak lepas dari gaya hidup sehat yang dilakukan banyak orang saat pandemi.

Selain itu, banyak juga komunitas dan penggemar teh bermunculan saat pandemi. Selain untuk kesehatan, kehadiran penggemar itu lahir karena tujuan untuk diet. Maklum, saat pandemi banyak kasus kelebihan berat badan. “Inilah yang membuat pasar teh laris di 2021,” ungkap Ronald yang menargetkan penjualannya tahun ini naik 75%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News