HOME, Bugar

Skrining dan Inovasi Mencegah Kanker Serviks

Skrining dan Inovasi Mencegah Kanker Serviks

MOMSMONEY.ID - Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang perempuan dari berbagai jenjang usia. Tak hanya itu, di Indonesia kanker serviks merupakan penyakit dengan peringkat kedua yang paling banyak diderita perempuan. Meski termasuk jenis kanker yang mematikan, risikonya dapat dicegah dengan pemeriksaan sejak dini. Tentunya didukung inovasi-inovasi dalam skrining kanker serviks yang berkualitas.

Sayangnya, masyarakat masih menemui hambatan dalam melakukan deteksi dini risiko kanker serviks, khususnya di negara-negara ekonomi menengah ke bawah. Dengan kondisi ini, Roche Indonesia membahas topik mengenai "Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatka Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia”.

Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia Ahmed Hassan mengatakan dari survei global sebanyakan 60 persen masyarakat global masih menghadapi hambatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Ada berbagai alasan seperti kurangnya informasi, faktor biaya, hingga ketakutan terhadap hasil tes yang positif. Hal ini pun menjadi hambatan-hambatan dalam melakukan deteksi dini suatu penyakit.

"Pada kanker serviks yang terlambat dideteksi, angka harapan hidup pasien kanker serviks dapat turun menjadi kurang dari 20 persen. Karenanya, akses yang lebih luas untuk deteksi dan perawatan kanker serviks yang inovatif menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas kesehatan perempuan,” kata Ahmed Hassan.

Baca Juga: Begini Tips Mengelola Uang Bagi Karyawan yang Baru Mulai Bekerja

Pada 2020, WHO mencatat sebanyak 21.003 kasus kematian perempuan di Indonesia karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi virus Human Pappilomavirus Genital (HPV). Penularan dapat terjadi salah satunya melalui hubungan intim, meskipun tanpa gejala, infeksi dapat berlanjut beberapa tahun setelah terpapar virus HPV. Pemeriksaan fisik melalui deteksi dini yang inovatif hingga penanganan infeksi virus HPV untuk mencegah penularan, perlu diinformasikan secara berkala agar kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Salah satu inovasi pengujian kanker serviks adalah cobas® HPV, yang diakui dalam penelitian ATHENA sebagai prediktor superior risiko kanker serviks. Inovasi ini menyederhanakan tahapan skrining pasien dengan menekankan pada tingkat akurasi dan sensitivitas tinggi, sehingga dapat menyaring lebih banyak pasien berpotensi kanker serviks.

Inovasi ini juga memungkinkan tenaga kesehatan professional untuk mendeteksi 14 virus HPV yang berisiko menyebabkan kanker serviks. Skrining kanker serviks dengan cobas® HPV dapat diakses di berbagai laboratorium maupun rumah sakit berbagai daerah di Indonesia.

Baca Juga: Berakhir Pekan di Jakarta, Ini Museum yang Bisa Dikunjungi

“Perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan virus HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks. Ada tahapan-tahapan teknis dalam mendeteksi virus HPV melalui tes HPV DNA, seperti skrining pra kanker untuk mengidentifikasi risiko sebelum munculnya gejala, kolposkopi untuk menindaklanjuti tes skrining kanker serviks yang abnormal, dan konfirmasi adanya kanker melalui pengambilan sel dari leher rahim untuk pemeriksaan laboratorium,” kata Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. Dr. dr. Andrijono, SP.OG(K)-Onk.

Tata Laksana Mendukung Inovasi

Salah satu penyintas kanker serviks, Shanty Eka Permana, menjelaskan bahwa keputusan untuk memeriksakan diri tidak mudah. Selain karena takut menerima hasil pemeriksaan, ia menunjuk minimnya sumber informasi tepercaya dan mudah dipahami sebagai alasan menunda tes.

Oleh karena itu, penyebaran informasi dan akses yang lebih luas terhadap kemajuan maupun inovasi deteksi dini kanker serviks menjadi harapan terbesar bagi pasien, dalam memperoleh pengalaman perawatan yang sesuai kebutuhan masing-masing.

Baca Juga: Yuk, Kenali Ciri-Ciri Furnitur yang Aman untuk Anak!

Dalam mewujudkan akses yang lebih luas terhadap inovasi deteksi dini, perlu didukung dengan kolaborasi antarlembaga pemerintah, swasta, dan komunitas. Kolaborasi tersebut dapat diperkuat melalui tata laksana atau panduan dalam penanggulangan kanker serviks, seperti melalui SK Menkes No. 1163/MenKes/SK/2007, yaitu terbentuknya kelompok kerja pengendalian penyakit kanker leher rahim dan payudara.

Koordinator Substansi Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Aldrin Neilwan Pancaputra, menyebut akses deteksi dini dan perawatan tentu akan menjadi prioritas bagi Pemerintah sampai saat ini. Terbentuknya kelompok kerja yang saat ini sudah berjalan membawa kami bekerja erat dengan berbagai lembaga swasta maupun masyarakat untuk menyosialisasikan pemahaman dasar mengenai kanker serviks.

"Kami akan terus melakukan evaluasi secara berkala terkait perkembangan teknis penyelenggaraan penanggulangan, khususnya dalam deteksi dini. Harapan kami, semakin banyak masyarakat yang dapat kami jangkau ke depannya,” tutupnya.

Baca Juga: Promo Mister Aladin Hotel Sampai 31 Mei 2022, Diskon Hemat Hingga 25%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News