HOME, Keluarga

Simak, Ini Beberapa Penyebab Anak Remaja Berperilaku Memberontak

Simak, Ini Beberapa Penyebab Anak Remaja Berperilaku Memberontak

MOMSMONEY.ID - Memasuk usia remaja, akan ada banyak perubahan yang dialami oleh anak baik secara fisik maupun mental. Adanya perubahan hormon yang anak alami juga rentan memengaruhi suasana hati dan perilaku mereka.

Salah satu perilaku anak remaja yang menantang dan cukup sulit untuk ditangani adalah perilaku memberontak.

Nah, sebelum mencari tahu bagaimana cara mengatasi perilaku memberontak pada anak remaja, alangkah baiknya Anda mengetahui terlebih dahulu penyebabnya guna menemukan solusi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Melansir Eagle Ranch Academy, berikut beberapa penyebab anak remaja berperilaku memberontak yang perlu Anda tahu.

Baca Juga: Moms, Ini Lho 9 Alasan Mengapa Bayi Anda Gemar Merengek. Yuk Catat!

1. Bagian dari perkembangan

Ada bagian otak manusia yang disebut korteks pra-frontal yang berfungsi untuk mengontrol ekspresi kepribadian, pengambilan keputusan, dan memoderasi perilaku sosial. Dan, masa remaja merupakan waktu di mana setiap individu mulai berlatih menggunakan bagian otak tersebut di dunia nyata yang mengarah pada kritik, argumen, pengujian batasan, dan pemahaman untuk menuju proses pengambilan keputusan.

Dalam arti yang sangat nyata, para orang tua harus membiarkan anak remaja mereka untuk membuat kesalahannya sendiri supaya anak bisa sekaligus mengalami konsekuensi dan lebih mengembangkan korteks pra-frontal mereka.

2. Anak merasa terjebak

Setiap orang tua tentu ingin memberikan kehidupan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun, saat orang tua bertindak terlalu protektif atau terlalu tertarik dengan kehidupan anak dan memberikan perlindungan yang berlebihan, itu akan membuat anak terutama remaja cenderung merespons dengan tidak baik segala perlakuan orang tuanya.

Tidak sehat untuk pertumbuhan anak remaja, lingkungan yang demikian akan menumbuhkan pemberontakan yang merupakan kebalikan dari apa yang coba Anda tanamkan pada anak-anak Anda. Jika Anda tidak mau anak remaja Anda menjadi seorang pemberontak, pastikan untuk memberikan anak ruang yang cukup supaya mereka tidak merasa tercekik dan tetap memiliki kebebasan guna mengembangkan pengalaman yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia nyata.

3. Anak membutuhkan lebih banyak arahan

Anak remaja memang membutuhkan kebebasan. Meskipun begitu, Anda sebagai orang tua harus bisa mengontrol kebebasan yang diberikan kepada anak supaya tidak berlebihan. Pasalnya, kebebasan yang terlalu banyak akan membuat anak remaja kehilangan arah dan bahkan merasa tidak dicintai lagi.

Saat seorang remaja menunjukkan perilaku di luar kendali, terkadang itu merupakan manifestasi dari teriakan minta tolong untuk mendapatkan lebih banyak bimbingan daripada yang telah mereka dapatkan saat ini. Atau, bisa jadi anak remaja tersebut sedang merasa tersesat secara sosial atau psikologis.

4. Pengaruh hormon

Perubahan yang terjadi di dalam tubuh anak remaja selama tahun-tahun perkembangan mereka sering kali menghasilkan tindakan impulsif dan keputusan yang terburu-buru.

Tak jarang, perilaku anak remaja yang di luar kendali dan tidak terduga dapat mengejutkan diri mereka sendiri.

5. Kekhawatiran orang tua yang berlebihan

Ungkapan keprihatinan dan kekhawatiran orang tua yang berlebihan terhadap pemberontakan yang terus-menerus dilakukan oleh anak remaja terkadang bisa mengakibatkan anak mengembangkan kebiasaan mengabaikan orang tua mereka ketika diajak bicara. Kendati bermaksud baik, namun kekhawatiran yang konsisten akan menyampaikan kepada anak bahwa Anda tidak memiliki bantuan nyata untuk ditawarkan kepada mereka.

Dengan mengucapkan kata-kata seperti “Kamu perlu berubah agar aku bisa berhenti khawatir”, itu justru tidak akan membantu dan bisa menyiratkan kepada anak bahwa tujuan Anda mengatakan hal tersebut hanya demi kebaikan Anda. Ingatlah bahwa pihak yang harus benar-benar Anda pedulikan dalam situasi ini adalah anak remaja Anda dan bukan Anda.

6. Anak remaja adalah anak terakhir

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua cenderung tidak memberontak daripada adik-adik mereka. Menurut penelitian tersebut, hal ini dapat terjadi karena adik terutama anak terakhir cenderung merasa paling perlu untuk membedakan diri mereka dari orang tua dan saudara kandung mereka.

Faktanya, anak-anak yang lebih kecil biasanya menerima perhatian paling sedikit dari anggota keluarga lain dan memiliki harapan yang lebih sedikit pula. Akibatnya, anak rentan merasa kekurangan identitas dan cenderung memiliki kekuatan yang kuat untuk membedakan diri. Pada akhirnya, anak akan memanifestasikan dirinya melalui berbagai bentuk pemberontakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News