InvesYuk

Saran Investasi Reksadana Saat Inflasi Global Mereda

Saran Investasi Reksadana Saat Inflasi Global Mereda

MOMSMONEY.ID - Inflasi beberapa negara mulai menunjukkan tanda penurunan. Lihat saja, inflasi Amerika Serikat (AS) pekan lalu tercatat di level 8,5% untuk periode Juli. Angka tersebut lebih rendah daripada ekspekrasu pasar yang berada pada level 8,7%.

Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan angka bulan Juni yang mencapai 9,1%. Inflasi menurun akibat pelemahan beberapa harga komoditas energi dan pangan global. Kembali pulihnya sektor manufaktur dan rantai pasokan global juga ikut berkontribusi dalam menurunkan inflasi global.

Hal tersebut membuat investor global optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global ke depannya. Dengan menurunnya inflasi AS di Juli lalu, ekspektasi investor terhadap kenaikan tingkat suku bunga The Fed menjadi lebih rendah. Investor saat ini optimistis bahwa kenaikan suku bunga berikutnyahanya berada pada level 0,25%-0,5%.

Begitupun dengan China, mengumumkan inflasi Juli mencapai 2,7% dan tertinggi selama dua tahun terakhir. Angka tersebut masih lebih rendah terhadap ekpskteasi pasar yang berada di level 2,9%. Inflasi di tingkat produsen pun lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar di level 4,2%.

Tim Bareksa Insights dalam riset Senin (15/8), melihat kondisi makroekonomi dari kedua negara tersebut cukup baik dan membuat investor global lebih berani masuk ke dalam pasar saham dan obligasi terutama di negara berkembang.

"Kami melihat pasar saham Indonesia masih cukup atraktif dengan IHSG kembali sentuh 7.000-7.100," kata Tim Bareksa Insight dalam riset.

Baca Juga: Simak, Ini Waktu yang Tepat untuk Mengajukan Kredit Saat Inflasi Tinggi

Tim Bareksa Insight juga melihat yield obligasi negara pemerintah Indonesia akan mengalami penguatan apabila selisih yield  antara Indonesia dan AS semakin melebar dan stabilitas rupiah oleh Bank Indonesia akan membuat investor kembali masuk ke pasar obligasi.

Bagi investor agresif, Tim Bareksa Insight menyarankan untuk dapat mencermati reksadana indeks dan reksadana saham berbasis sektor keuangan, infrastruktur maupun barang konsumsi.

Sedangkan, bagi investor moderat, dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap basis obligasi korporasi hingga rilis tingkat suku bunga BI berikutnya.

Terakhir, untuk semua jenis profil risiko ada baiknya melakukan diversifikasi yang cukup di reksadana pasar uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News