HOME, BisnisYuk

Rizki Pebriani, Ibu Rumah Tangga yang Sukses Mendulang Cuan dari Limbah Kayu

Rizki Pebriani, Ibu Rumah Tangga yang Sukses Mendulang Cuan dari Limbah Kayu

MOMSMONEY.ID - Rizki Pebriani, salah satu ibu rumah tangga di Pandeglang, Banten tak pernah menyangka, bisnis handycraft berbahan dasar kayu yang digelutinya bisa seperti sekarang ini. Tetap bertahan dan berkembang saat pandemi. Bahan baku kayu limbah industri diolah menjadi aneka kerajinan. Kini, produk itu melanglang buana kemana-mana. Tak hanya di Indonesia, pembelinya juga ada yang memesan dari luar negeri.

Ada beberapa produk kerajinan kayu milik Rizki yang memberikannya cuan tersebut, salah satunya adalah jam tangan berbahan dasar kayu. Tak sekadar jam tangan kayu saja, jam tersebut juga dikreasikan dengan tali berbahan kain tenun kaum suku Badui, Banten. “Penggunaan tenun ini yang menjadikan perbedaan jam tangan kayu dari kami,” kata Rizki yang mengembangkan bisnis lewat merek Kay Wood Work.

Jam kayu yang diberikan sentuhan tali dari kain tenun itu membuat penampilan jam semakin eksotik. Jam kayu tersebut merupakan hasil buah tangan dari para pengukir kayu yang ada di Banten. Adapun tali tenun yang mengikat jam merupakan hasil sentuhan para penenun suku Badui. “Selain memberdayakan kayu sisa, kami juga memberdayakan warga,” kata Rizki, Jumat (28/1).

Baca Juga: Bank Syariah Pacu Pembiayaan UMKM

Tak hanya jam tangan eksotik tersebut, Rizki juga memproduksi kerajinan berupa produk home decor berupa aksesori berbentuk badak khas Banten yang bisa dijadikan holder ponsel. Rizki bilang, holder ponsel laris saat pandemi karena dibutuhkan untuk menaruh ponsel. Terobosan yang dilakukan Rizki saat pandemi itu menjadi salah satu penyelamat bisnisnya selama pandemi. Apalagi saat pandemi, Rizki kerap diundang untuk ikut pameran.

Rizki juga kerap melayani pesanan sovenir untuk kebutuhan cinderamata untuk instansi pemerintahan dan juga korporasi yang ada di Banten. Saat pandemi, Rizki justru mendapatkan akses pasar yang lebih luas dengan sesama industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Rizki bilang, dari industri UMKM itu, pihaknya mendapatkan pesanan untuk memproduksi produk berbahan dasar kayu. Misal, ada usaha yang memproduksi boneka butuh boks kayu yang eksotik. “Pokoknya industri UMKM yang butuh pesanan panel kayu, bisa pesan ke kami,” kata Rizki yang mendulang pendapatan ratusan juta per tahun dari bisnisnya ini.

Pandemi memberikan dua manfaat bagi Rizki. Pertama, kesempatan baginya untuk melakukan riset dan pengembangan kerajinan kayu. Kedua, pandemi membuka kesempatan baginya untuk belajar kemanapun secara online. “Saya ikuti semua pelatihan yang diselenggarakan pemerintah dan juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” kata Rizki.

Baca Juga: Moeldoko Dorong UMKM Manfaatkan Platform Teknologi Digital

Karena berhasil mengembangkan banyak produk, usaha jam tangan kayu dan produk home décornya, mengantarkan bisnis Rizki masuk dalam daftar UMKM berprestasi. Usaha Rizki ini kemudian masuk dalam daftar UMKM unggulan yang dipromosikan oleh BRIlianprenuer 2021. Rizki beruntung bisa masuk BRIlianprenuer 2021, karena menambah relasi dan marketingnya. “Pasar saya semakin terbuka, kenal dengan banyak relasi baru,” jelasnya.   

Jatuh bangun

Rizki sejatinya sudah menekuni bisnis mengolah limbah kayu sejak tahun 2012 di Kota Bandung. Saat itu, ia Bersama almarhum suaminya mengembangkan pembuatan jam tangan dari kayu. Saat itu jam tangan yang mereka produksi, semuanya berbahan kau, termasuk tali atau rantai dari jam tangannya. Saat itu, Rizki lebih banyak melayani pasar maklon.

Namun umur tak dapat ditebak, suami Rizki meninggal dunia pada April 2015. Saat itu, ia sempat gamang dan memutuskan pulang ke rumah orangtuanya di Banten. Di kampung halaman itulah, Rizki perlahan kembali bangkit lagi dan mengembangkan bisnis jam tangan kayu tersebut. “Saat itu saya mulai lagi dari nol, baik untuk tenaga kerja, mesin dan lainnya,” kata Rizki.

Tertatih-tatih kembali berusaha memproduksi jam tangan dari kayu tersebut. Apalagi, tenaga kerja di Pandeglang, Banten banyak yang belum terbiasa dengan produksi kerajinan. Rizki harus berusaha keras mengajarkan kesabaran bagi pekerjanya agar bisa telaten memproduksi jam tangan tersebut agar menghasilkan produk yang berkualitas.

Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, KemenkopUKM Luncurkan Program New PLUT

Setelah diproduksi, Rizki kemudian roadshow ke instansi pemerintahan yang ada di Banten. Alhasil, nasib baik berpihak kepadanya. Banyak instansi pemerintahan membawanya ikut pameran, mulai dari skala daerah hingga kemudian skala nasional. Pembelianpun mulai berdatangan. Ia kemudian diajak pameran oleh Bank Indonesia dan juga Bank BRI. “Satu per satu pelanggan kembali berdatangan,” kata Rizki.

Namun saat banyak pesanan, pandemi covid-19 datang. Mau tak mau, Rizki terpaksa menghentikan produksi dan menjual murah produk jam tangan kayu yang ada. Produk yang seharusnya dijual Rp 700.000 per unit, saat pandemi diskon sampai Rp 400.000 saja. “Mau tak mau daripada tak dapat apa-apa,” kata Rizki.

Namun demikian, pandemi membawa manfaat lebih besar kepada Rizki untuk mengembangkan potensi produk. Ia mendapatkan banyak pelatihan dan kelas online selama pandemi. Dari kelas pengembangan usaha itulah, Rizki mendapat banyak pencerahan untuk pengembangan produk dan juga perluasan akses pasar.

Baca Juga: Dorong Digitalisasi UMKM, ID Cloud Host Luncurkan Wordpress Hosting

Saat pandemi, usaha jam tangan kayu bertambah dengan kehadiran produk baru home décor dan juga panel kayu untuk beragam fungsi seperti tempat tisu, holder handphone dan banyak lagi. Rizki juga lebih kreatif mencari desain baru yang sesuai dengan permintaan zaman. Demikian juga dengan digitalisasi, pembuatan website hingga pemasaran melalui ecommerce dan media sosial yang Ia memperoleh dari pelatihan saat pandemi.

Perlahan, permintaan kembali datang. Namun kemudian yang menjadi masalah adalah kesulitan dalam mendapatkan bahan baku limbah kayu yang digunakan. Rizki bilang, kebanyakan produk mereka menggunakan limbah bahan baku dari industri gitar. “Beberapa jenis kayu sulit dicari seperti sonokeling dan maple,” kata Rizki.

Agar produksi tetap jalan, Rizki terpaksa memadukan produknya dengan bahan baku lainnya seperti kayu jati dan mahoni. Hasilnyapun tak kalah menarik. Rata-rata bahan baku yang digunakan Rizki adalah kayu sisa industri yang memakai bahan dasar kayu seperti industri gitar dan industri mebel. Di tengah keterbatasan tersebut, Rizki optimistis tahun ini penjualannya akan lebih baik dari tahun 2021 lalu. “Produk kami kini lebih bervariasi,” kata Rizki yang berharap tahun 2022 lebih baik dari tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News