InvesYuk

Outlook Perekonomian dan Pasar Keuangan Indonesia Jelang Pemilu 2024 dari Bank DBS

Outlook Perekonomian dan Pasar Keuangan Indonesia Jelang Pemilu 2024 dari Bank DBS

MOMSMONEY.ID - DBS Macro and Strategy Team menganalisis tren ekonomi dan pasar Indonesia di sekitar siklus pemilihan umum. Seperti apa dampak momentum pemilu pada pertumbuhan ekonomi, konsumsi, inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi asing serta kinerja mata uang? Simak penjelasannya berikut ini

DBS Macro and Strategy Team menemukan bahwa kecenderungan PDB riil Indonesia melambat hingga dua triwulan jelang triwulan pemilu. Baru setelah itu stabil sebelum kemudian menguat kembali. Pengamatan ini didukung oleh kecenderungan umum pelaku ekonomi untuk berhati-hati jelang siklus jajak pendapat. Sebab, ada kemungkinan perubahan dalam agenda ekonomi dan peraturan. Sementara, ketika hasil tidak resmi diumumkan kegiatan akan berlanjut kembali. 

Sedangkan pada aspek konsumsi masyarakat, DBS Macro and Strategy Team menghitung dalam empat pemilu terakhir, konsumsi masyarakat cenderung meningkat hingga triwulan sebelum pemilu, lalu cenderung stabil dengan sedikit bias penurunan. 

Hal itu kemungkinan besar mencerminkan peningkatan permintaan dan pengeluaran di sekitar periode kampanye menjelang pemungutan suara. Namun, ketika katalis ini berlalu, permintaan kemungkinan besar akan kembali ke jalur sebelum pemilu. 

Perlu juga dicatat bahwa ada faktor tidak biasa lain dan siklus bisnis pada tahun-tahun tersebut, yang juga dapat memengaruhi kecenderungan konsumsi dan pertumbuhan secara keseluruhan. Tahun 2009 berhasil mengantisipasi kecenderungan setelah krisis keuangan global, sementara 2014 menandai stabilisasi setelah Bank Sentral AS memperketat kebijakan moneternya (taper tantrum) pada 2013, yang lebih berdampak pada pasar ketimbang perekonomian.

Dengan menggunakan variabel aktivitas, DBS Macro and Strategy Team juga melacak pengeluaran pemerintah–terutama kegiatan pemerintah pusat. Pengeluaran cenderung melambat pada triwulan sebelum triwulan pemilu sebelum akhirnya meningkat. Itu berlaku untuk pengeluaran baik fiskal nominal maupun riil, yang mungkin mencerminkan gagasan bahwa pemerintahan baru mendatang mungkin memprioritaskan kembali alokasi pengeluaran, yang cenderung memperlambat pencairan dana menjelang pemilu.

Sementara, secara umum inflasi cenderung menurun jelang pemilu kemudian stabil hingga naik pada triwulan setelah pemilu. Tindakan di luar langkah administratif untuk melindungi harga domestik dari guncangan suplai atau guncangan eksogen kemungkinan besar membantu menjaga inflasi tetap terkendali.

Baca Juga: Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,7% di Tahun 2024

DBS Macro and Strategy Team memetakan arus investasi asing langsung dalam kaitan dengan siklus pemilihan umum dan hasil pengamatan tersebut sangat mengejutkan. Dengan dihitung sebagai persentase PDB untuk memperhalus data yang mendasarinya, analisis menunjukkan bahwa komitmen FDI baru tergelincir ke posisi netral menjelang pemilu dan satu triwulan setelahnya karena menunggu dan mengamati kejelasan mengenai calon yang akan maju. Itu mencerminkan kehati-hatian akan hasil pemilu dan dampaknya pada peraturan, reformasi, dan keterbukaan terhadap bisnis.

Terakhir, terkait mata uang, seperti ditunjukkan grafik di bawah ini, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah cenderung melemah (rupiah menguat) menjelang pemilu, bertengger di kisaran dan kemudian berbalik naik (rupiah melemah) setelah pemilu. Di sini, DBS Macro and Strategy Team juga memperhatikan pengaruh faktor tak umum dan faktor eksogen, yang memiliki dampak lebih langsung pada pergerakan mata uang, bukan hanya pada pemilu.

Pertumbuhan domestik kemungkinan lebih kuat pada paruh pertama 2023, sebelum melambat pada paruh kedua karena unsur basis, pemilu di ambang mata, dan ekspor lebih lambat karena penurunan harga komoditas. Yang menggembirakan, inflasi akan terkoreksi tajam mulai Agustus/September, sehingga memberikan sedikit kelegaan pada daya beli rumah tangga.

Hingga saat ini, pasar obligasi Indonesia mulai menarik arus masuk asing bersih karena perbedaan suku bunga/pertumbuhan yang menguntungkan. Selain itu, rupiah bertahan sebagai pemain terbaik di kawasan ini sejak awal tahun.

Pada paruh kedua tahun ini, gabungan dari fakta bahwa Bank Sentral AS sedang berada dalam jeda kebijakan, rupiah stabil, inflasi terkendali, dan pasar global lebih tenang, kemungkinan memberikan kondisi umum kondusif bagi Bank Indonesia untuk beralih ke siklus pelonggaran

Baca Juga: Kebijakan Belanja Negara di 2024 Diarahkan untuk PSN dan Proyek Prioritas Strategis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News