HOME, BisnisYuk

Mundur Jadi Manajer Hotel Demi Bikin Usaha Tumbler Bahan Kayu Jati Kualitas Ekspor

Mundur Jadi Manajer Hotel Demi Bikin Usaha Tumbler Bahan Kayu Jati Kualitas Ekspor

MOMSMONEY.ID - Bertahun-tahun berkarier di hotel berbintang tak membuat Danang Wahyudi, pendiri Sae Wooden menghentikan niat untuk berwirausaha. Pria kelahiran Jepara tersebut memutuskan mendirikan usaha sendiri dan meninggalkan karir sebagai manager di salah satu hotel berbintang di Jakarta.

Tentu bukan tanpa rencana. Danang rupanya banyak menggali informasi peluang bisnis saat bekerja di sektor pariwisata. Ia mencatat dan menyimak beragam peluang bisnis yang bisa ia tekuni jika tak lagi bekerja di perhotelan. Setelah mantap, tahun 2018 Danang memutuskan untuk mengundurkan diri dari hotel yang telah menempanya.

Ketika memutuskan mundur, Danang sudah menatap konsekuensi tak lagi memiliki pendapatan bulanan. Bermodal tabungan yang dikumpulkan sejak menjadi karyawan hotel, Danang merintis usaha pengolahan kayu di kampungnya, Jepara. Namun, pengolahan kayu yang Ia lakukan berbeda dari kebanyakan pengusaha di Jepara.

Baca Juga: Simak Peluang Bisnis Sedotan Ramah Lingkungan yang Digemari Para Turis

Rupanya sejak bekerja di hotel, Danang melihat peluang bisnis dari aneka produk kayu yang dijadikan home decor dari hotel. Ia juga melihat banyak table ware, peralatan kerja kantoran dan juga tumbler yang berbahan kayu.

“Tahun 2018 tren hotel ramah lingkungan dan juga perusahaan ramah lingkungan mulai booming. Sementara produknya terbatas,” kata Danang.

Danang tak bekerja sendiri, Ia bermitra dengan perajin mebel kayu yang sudah piawai dalam mengolah dan membentuk kayu sesuai pesanan. Namun memang, pembuatan home décor, table ware dan juga tumbler berbeda dengan membuat meja dan kursi.

“Karena produknya butuh presisi sehingga harus telaten,” kata Danang.

Karena tingkat kesulitan itulah, sulit bagi Danang mencari mitra yang cocok, yang bisa bekerja memenuhi pesanan. Namun perlahan, proses produksi itu bisa diatasi Danang. Pekerja dan mitranya mulai terbiasa memproduksi home décor, table ware dan juga tumbler pesanan. Karena masuk ke pasar hotel, Danang memproduksi produknya dengan kualitas premium.

Setidaknya, butuh waktu selama 7 bulan bagi Danang melakukan riset dan pengembangan produksi. Dalam masa itu, Ia juga memproduksi produk prototype yang bisa ditawarkan ke konsumen. Proses riset dan pengembangan produk terbilang lama karena Danang mesti menyesuaikan diri, begitu juga pekerja mebelnya. Prinsip Danang adalah, memproduksi produk yang berkualitas terbaik.   

Baca Juga: Digitalisasi Semakin Masif, BRI Terapkan Strategi Hybrid Bank

Pemenuhan kualitas terbaik itu berpeluang dilakukan Danang karena Jepara merupakan daerah penghasil kayu jati berkualitas. Jepara juga memiliki banyak pekerja terampil di bidang perkayuan. Karena premium itulah, banyak hotel dan perusahaan menyukai produk yang Ia produksi.

“Perlahan pesanan naik, sekarang rata-rata pendapatan perbulan Rp 150 juta,” kata Danang.

Sejak merintis usaha tahun 2018, baru tahun 2019 Danang bisa memproduksinya secara komersial kepada pelanggan. Sembari produksi, Danang mulai belajar marketing dari beragam fasilitas pengembangan UMKM yang dilakukan pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan juga swasta.

“Saya belajar dari mana-mana,” katanya.

Ekspor ke 8 negara

Saat ini, ada 59 item produk milik Danang yang sudah menyebar ke banyak kota di Indonesia. Tak hanya itu, produknya juga melanglang buana ke negara lain. Selain menerima pesanan untuk 50 item miliknya, Danang juga menerima banyak pesanan produk dan panel kayu lainnya alias maklon. Kini ada banyak merek produk panel kayu yang beredar diproduksi dari workshopnya.  

Dari 50 item produknya, produk tumbler terbilang sebagai produk yang memiliki banyak peminat. Sejak pertama kali produksi, produk tumbler yang berlapiskan kayu jati itu sudah terjual lebih dari 10.000 item dan di ekspor ke 8 negara.

“Namun ekspor masih melalui trader,” kata Danang.

Baca Juga: Mondelez Gelar Workshop UMKM Kuliner Kekinian, Gratis!

Asal tahu saja, produk tumbler kayu yang diproduksi dibanderol Rp 250.000 per item. Produk tersebut terbilang lebih mahal dari tumbler biasa karena menggunakan kayu jati berkualitas dan dikerjakan oleh tenaga kerja terampil dan telaten.

“Kami berani harga karena berani kualitas,” jelas Danang yang saat ini sedang mengurus pendirian legalitas perusahaan dari perseorangan ke perseroan terbatas (PT).  

Danang kini berusaha mengurus pendirian perusahaan karena ingin meningkatkan kualitas produksi dan layanannya. Jika melakukan ekspor, Danang saat ini lebih banyak mengandalkan peran trader. Namun ke depan, peran ekspor tersebut bisa dilakukannya sendiri termasuk soal perizinan, sertifikasi kualitas dan juga standar yang dibutuhkan.

Namun ekspor bukan satu-satunya pelanggan Danang. Konsumen Danang  juga datang dari dalam negeri. Selain produk tumbler, jenis produk lain yang terbilang laris adalah produk table ware seperti cangkir dari kayu. Saat ini, ada 80 perusahaan yang didominasi dari BUMN yang membeli cangkir kayu ke Sae Wooden.

Baca Juga: Yuk, Jajal Usaha Menjual Painting Kit! Modalnya Tak Besar, Marginnya Lumayan

Pembeli tidak hanya menggunakan produk table ware tersebut, tetapi juga banyak dijadikan cendera mata untuk aktivitas pertemuan, rapat dan konvensi. Danang bilang, pesanan yang datang dari instansi BUMN dan pemerintahan itu menyebar begitu saja. Ketika dirinya mendapatkan kesempatan pameran seperti Brilianpreneur 2021 lalu, Ia juga mendapatkan relasi dan pelanggan baru.

Begitu juga saat Ia mendapatkan pelanggan dari salah satu unit usaha perusahaan listrik. Setelah digunakan, unit usaha lainnya juga memesan produk yang sama. Sekadar gambaran, harga cangkir lebih murah dari tumbler, yakni Rp 145.000 per item. Meski pandemi, Danang justru tak melihat adanya penurunan pendapatan.

Tahun 2020, pendapatannya naik 57% dan tahun 2021 pendapatannya naik 19%.  Pendapatan tahun 2021 sempat turun, namun penurunan pesanan tidak terjadi lama, hanya sekitar bulan Juli dan Agustus 2021, saat covid varian delta melanda. “Kala itu ada banyak agenda yang dibatalkan.

“Pesanan produk kami untuk cenderamata turun, namun setelahnya naik lagi karena pelonggaran,” katanya.

Adapun saat ini, Danang juga mendapatkan kenaikan pesanan dari beragam aktivitas yang dilakukan pelaku usaha. Mulai dari peresmian usaha, rapat umum pemegang saham dan juga konvensi seperti G20 di Bali. Pesanan dari banyak peresmian agenda dan acara inilah yang mendongkrak pendapatan Danang. Kini Danang rata-rata melayani pesanan sekitar 2.500 sampai 3.000 pieces per bulan dan rata-rata atau 80% merupakan pesanan korporasi.  

Baca Juga: Jenis Usaha yang Cocok Menggunakan Viral Marketing, Apakah Usaha Moms Termasuk?

Dari segmen ritel, Danang mendapatkan manfaat dengan bekerjasama dengan pengelola jalan tol Jawa. Danang diberikan kesempatan menitipkan produknya di rest area dengan system bagi hasil. Selain itu, Danang juga mendapatkan pesanan dari penjualan secara online melalui marketplace.

Adapun untuk pasar ekspor, Danang saat ini sedang melakukan pengembangan produk dengan Departemen Pariwisata Australia. Danang mendapatkan koneksi dengan Australia saat ikut pameran Brilianpreneur tahun 2021 lalu.

“Meski belum ada pesanan, tapi setidaknya kami sedang membuat sampel terkait aborigin dengan mereka,” ujar Danang yang menargetkan pendapatan tahun ini naik sebesar 20%-30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News