Keluarga

Moms Harus Waspada! 4 Masalah Gizi Ini Berisiko Anak Menjadi Stunting

Moms Harus Waspada! 4 Masalah Gizi Ini Berisiko Anak Menjadi Stunting

MOMSMONEY.ID - Moms harus waspada! Masalah gizi berikut ini berisiko anak menjadi stunting.

Setelah masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), masalah gizi berisiko anak menjadi stunting:

  • weight faltering
  • underweight
  • gizi kurang
  • gizi buruk

"Kalau mau menurunkan stunting, maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam siaran pers, Jumat (27/1).

"Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya," tegasnya.

Baca Juga: Ini Bahayanya Kekurangan Nutrisi Pada Anak

Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu, yakni sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan. 

Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian, dapat diketahui sejak dini jika anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Endang mengatakan, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

"Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan akan menjadi stunting," ungkapnya.

Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

"Jadi, kami sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak," ucap Endang.

Baca Juga: Hari Gizi Nasional 2023: Protein Hewani Efektif Mencegah Anak Mengalami Stunting

Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya, baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.

Sebanyak 16 kabupaten/kota percontohan itu berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sumatra Selatan. Pemerintah akan memperluas program ini mulai 2023 ke 389 kabupaten/kota.

Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.

Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14% di 2024. Sejumlah faktor yang memengaruhi penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani, dan konseling gizi.

Ada peningkatan proporsi inisiasi menyusui dini menjadi 60,1% pada 2022 dari yang sebelumnya 47,2% di 2021. Anak yang mendapat ASI jadi 96,4% pada 2022 dari yang sebelumnya 73,5% di 2021. 

Sementara pemberian sumber protein hewani naik menjadi 69,9% pada 2022 dari yang sebelumnya 35,5% di 2021, dan konseling gizi 32% pada 2022 dari sebelumnya 21,5% di 2021.

Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang fokus pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan.

"Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan stunting," imbuh Endang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News