HOME, InvesYuk

Menarikkah Saham Sektor Infrastruktur?

Menarikkah Saham Sektor Infrastruktur?

MOMSMONEY.ID - Anggaran belanja untuk pembangunan infrastruktur sudah ditetapkan Pemerintah. Tahun depan, alokasi anggarannya mencapai Rp 384,8 triliun. Penetapan anggaran tersebut,  memang tak sebesar anggaran infrastruktur tahun ini yang Rp 417,4 triliun, atau turun sekitar 7,8%.

Menurut Andrey Wijaya, Analis RHB Sekuritas, realisasi anggaran yang sangat rendah pada semester pertama tahun ini mengindikasikan realisasi alokasi belanja infrastruktur tahun 2021 akan jauh lebih rendah dari APBN 2021.

"Jadi walaupun ada pemotongan anggaran infrastruktur di APBN 2022, dibanding realisasi tahun ini, angkanya kemungkinan masih tetap naik," ungkap Andrey.

Bagi Andrey, hal ini menjadi sentimen positif bagi kinerja emiten infrastruktur dan konstruksi seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

Pendapat itu berbeda dengan Kepala Riset Yuanta Sekuritas, Chandra Pasaribu, yang menilai bahwa bujet untuk pembangunan infrastruktur tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kinerja emiten infrastruktur dan konstruksi. Pasalnya, Chandra beranggapan, bujet yang dialokasikan tahun ini saja, tidak terealisasi dengan maksimal.

"Ada kemungkinan bujet tahun 2021 tidak teralokasi dengan baik karena pembelanjaan terhambat covid-19," tutur Chandra.

Dengan begitu, kata Chandra, ada kemungkinan realisasi bujet infrastruktur tahun depan mengalami hambatan yang sama.

Baca Juga: Rupiah Menguat, Ini Kurs Jual Beli Dolar AS di BCA, Senin 30 Agustus

Lantas, bagaimana prospek saham infrastruktur dan konstruksi seperti JSMR dan WSKT. Apakah sudah layak beli? Simak ulasannya berikut.
 
Andrey Wijaya, Analis RHB Sekuritas melihat ada beberapa faktor yang membuat saham JSMR cukup menarik untuk dicermati pelaku pasar saat ini. Pertama, kinerja yang apik semester pertama tahun ini. 
 
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, JSMR membukukan pendapatan sebesar Rp 6,88 triliun. Capaian tersebut tumbuh 1,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,77 triliun. 
 
Jika dirinci lebih lanjut, pendapatan jalan tol menjadi tulang punggung perusahaan dengan berkontribusi sebesar Rp 5,23 triliun atau tumbuh 33,75%. Sementara pendapatan konstruksi dan usaha lainnya turun.
 
Menurut Andrey, pertumbuhan pendapatan tol yang signifikan ini tak lepas dari penyesuaian tarif tol di beberapa ruas. Seperti Bandara Sedyatmo dan Ngawi-Kertosono yang mengalami kenaikan tarif Rp 500 per kelompok kendaraan.  Ada juga kenaikan tarif di ruas tol Semarang-Solo sebesar Rp 1.000 sampai Rp 10.000. Tahun ini, dia  memperkirakan pendapatan JSMR akan tumbuh 23,7%.
Sementara Chandra Pasaribu, Kepala Riset Yuanta Sekuritas, menilai naik turunnya harga saham emiten konstruksi pelat merah ini tak berhubungan dengan anggaran infrastruktur tahun depan. Sekedar informasi saja, harga saham WSKT, Senin (30/8), selama sebulan terakhir turun 6,29% ke level Rp 820. Kata Chandra ini yang mempengaruhi gerak saham adalah perkembangan bisnis WSKT. Salah satunya suntikan penyertaan modal negara (PMN).
 
"Masalah terbesar yang dihadapi WSKT adalah kekurangan modal. Dan dalam menjalankan proyek jalan tol, perusahaan membutuhkan investasi yang cukup besar sementara divestasinya lambat," sebut Chandra. Itulah mengapa, untuk mengambil proyek-proyek baru, penempatan modal Pemerintah menjadi solusi yang tepat.  
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News