HOME, BisnisYuk

Kunci Sukses UMKM yang Bangkit Saat Pandemi, dari Kolaborasi Sampai Digitalisasi

Kunci Sukses UMKM yang Bangkit Saat Pandemi, dari Kolaborasi Sampai Digitalisasi

MOMSMONEY.ID - Pusing tujuh keliling masih dialami banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) yang terdampak pandemi covid-19. Banyak dari mereka masih kesulitan mengatasi penurunan pendapatan karena imbas  pandemi yang sudah terjadi dua tahun lamanya. Namun tak semua, banyak juga pelaku UMKM yang justru bisa menggenjot pendapatannya saat pandemi.

Namun agar bisa keluar dari penurunan omzet tersebut, mereka harus melakukan sejumlah terobosan. Bagi mereka, mengeluh saat pendapatan turun sama sekali tidak menyelesaikan persoalan. Mereka menyusun siasat agar penjualan kembali berkibar. Berikut ini, Momsmoney merangkum strategi pelaku UMKM yang sukses dan mampu bangkit saat pandemi.

1. Kolaborasi

Ibarat pepatah lama, lidi yang rapuh bisa patah jika hanya satu batang. Namun jika lidi itu dikumpulkan dalam jumlah banyak, dia menjadi kokoh dan elastis. Agaknya pepatah ini juga bisa diimplementasikan oleh UMKM. Mereka harus bersatu dan kolaborasi agar bisa kuat dan elastis dalam menghadapi masalah.

Baca Juga: 4 Kiat Sukses Menembus Pasar Ekspor untuk Pelaku UMKM

Ada banyak bentuk kolaborasi yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah, memproduksi produk bersama yang disukai oleh pasar. Kolaborasi juga bisa saling belajar untuk meningkatkan jaringan pemasaran termasuk meningkatkan branding. “Kolaborasi kami dengan penjahit disabilitas dan juga ibu-ibu rumah tangga mendapatkan respon positif dari konsumen,” cerita Lily Mariasari, pendiri batik khas Jakarta Elemwe.

Menurut Lily, semangat kolaborasi yang Ia lakukan dalam memproduksi produk fesyen menarik perhatian banyak orang. Begitu pula dengan korporasi, yang tertarik membeli produk Elemwe karena produknya bermanfaat bagi orang lain. Dari peran sosial bisnis yang dilakukan Lily itulah, batik Elemwe kerap diajak pameran di dalam dan juga luar negeri.

Bentuk kolaborasi lainnya juga diceritakan oleh Adriansyah Priyonugroho, pendiri dari usaha kerajinan sarung tangan kulit Northy di Yogyakarta. Agar bisa mendapatkan pasar, Adriansyah gencar kolaborasi dengan komunitas sepeda motor. “Jika komunitas sepeda motor punya program, kami support kegiatan itu,” kata Adriansyah.

2. Produk berkarakter

Cara lain untuk menggenjot pendapatan saat pandemi adalah, memproduksi produk yang berkarakter dan ciri khas. Cara ini bisa dilakukan dengan melakukan riset produk, agar konsumen tertarik membeli produk yang diproduksi. Cara ini dilakukan oleh Dian Rizki Hidayati, yang memproduksi mainan kayu untuk anak-anak lewat Littlemonq.

Baca Juga: Cara Husni Muthohari Meraup Miliaran Rupiah dari Lilin Aromaterapi

Saat pandemi, Dian berhasil memproduksi mainan kayu untuk kebutuhan korporasi. Produk mainan kayu milik Dian dipesan oleh salah satu produsen susu anak-anak. Produk kami dipilih karena memiliki fungsi mainan edukasi.  “Produk kami jadi merchandise atau semacam hadiah langsung saat pembelian produk,” kata Dian.

Produk yang berkarakter ini juga membantu Lily dalam mengembangkan merek fesyen Elemwe. Sebagai produsen batik, Lily harus mencari identitas fesyen miliknya agar berbeda dengan produsen batik lainnya yang sudah menjamur. Nah, saat itu Lily fokus membuat batik khas Jakarta yang saat itu belum banyak diproduksi.

Memproduksi batik Jakarta saja tidak cukup, Lily melihat peluang pengembangan desain batik Jakarta. Banyak desain-desain kebudayaan Betawi ternyata tak terekam dalam desain batik yang sudah ada di pasaran. “Saat saya produksi, ternyata mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan,” terang Lily.

3. Rajin ikut pameran

Cara lain yang bisa dilakukan UMKM agar bisa mendapatkan pangsa pasar lebih luas adalah, dengan memperbanyak akses pasar. Salah satunya adalah dengan melakukan pameran, baik yang dilakukan secara mandiri maupun pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta.

Lily menceritakan, Ia kerap melakukan pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh BUMN seperti Brilianpreneur 2021. Dari pameran ke pameran itulah, Lily mendapatkan banyak relasi yang kemudian menjadi pelanggannya. Hal yang sama juga diceritakan oleh Ronald Gunawan, brand manager teh Bankitwangi, yang gencar ikut pameran teh.

Baca Juga: Cerita Sukses Lily Mariasari Raup Omzet Miliaran dari Batik Khas Jakarta

Tak hanya pameran di dalam negeri seperti Brilianpreneur 2021 yang diselenggarakan oleh Bank BRI, Bankitwangi bahkan ikut banyak pameran teh di luar negeri. Ronald bilang, untuk sekali pameran di luar negeri, pihaknya bisa mengeluarkan biaya Rp 200 juta untuk sekali pameran. “Namun itu adalah investasi. Hasilnya akan dirasakan setelahnya,” kata Ronald.

Selain pameran, Bankitwangi juga kerap ikut kompetisi teh dunia, sehingga berbagai penghargaan yang berhasil diraih ikut memperkuat mereknya. Dari popularitas merek itulah, Bankitwangi kini rutin ekspor the setiap tahunnya.

4. Riset produk

Salah satu strategi yang kerap diabaikan oleh UMKM adalah, melakukan riset dan pengembangan produk. Banyak UMKM yang ada di Indonesia, merasa cukup dengan produk yang sudah ada, sehingga tak lagi mengeluarkan produk baru. Padahal, pengembangan produk baru melalui riset produk harus rutin dilakukan agar penjualan semakin bergigi.

Pengalaman ini setidaknya dirasakan oleh Husni Muthohari, pendiri usaha lilin aromaterapi Munofolk. Husni bilang, rutinitasnya melakukan ujicoba dan pengembangan produk baru membuat konsumennya terus bertambah. Bahkan saat pandemi tahun 2020, penjualanya bisa naik berlipat ganda.

Baca Juga: Garap Pasar Bikers, Northy Sukses Membangun Bisnis Sarung Tangan Kulit

Namun karena sibuk produksi, Husni sempat mengurangi peluncuran produk baru di 2021. Akibatnya, penjualannya perlahan menurun. Maka itu, tahun 2022 ini, Munofolk berencana mengejar penjualan lagi dengan meluncurkan produk-produk baru. “Ada beberapa varian lilin aromaterapi yang akan kami persiapkan tahun ini,” kata Husni yang menganggap penting pengembangan produk baru bagi UMKM.

5. Digitalisasi

Strategi lain yang tak bisa dilupakan oleh UMKM saat ini adalah, ikut digitalisasi. Jika sebelumnya tidak memiliki akun media sosial, maka saatnya untuk bikin dan mulai merencanakan isi kontennya. Begitu juga dengan toko online, jika dulu hanya offline, maka segeralah bikin toko online di marketplace.

Baca Juga: Covid-19 Menginspirasi Arana Bike Mengolah Bambu Menjadi Sepeda

Salah satu UMKM yang sukses melakukan digitalisasi dan menyelamatkan bisnisnya saat pandemi adalah sarung tangan kulit Northy. Jika sebelumnya penjualannya hanya melalui toko offline, saat pandemi Northy mulai hadir di marketplace dan juga mulai rajin posting konten di media sosial.

Alhasil, Ketika pembatasan sosial berlarut-larut dan penjualan di toko offline turun, Northy justru kedatangan pesanan dari marketplace. Pesanan dari marketplace ini juga diceritakan oleh Husni, yang kebanjiran pesanan melalui marketplace. “Pemasaran online ini efektif bagi pelaku UMKM, selain itu juga minim biaya operasional,” tambah Husni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News