Santai

Korban Bertambah, Tragedi Kanjuruhan Jadi Tragedi Sepak Bola Paling Mematikan Kedua

Korban Bertambah, Tragedi Kanjuruhan Jadi Tragedi Sepak Bola Paling Mematikan Kedua

MOMSMONEY.ID - Korban jiwa tragedi Kanjuruhan bertambah, dari 125 menjadi 131 orang per 4 Oktober 2022. Tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi mematikan di dunia sepak bola kedua setelah peristiwa Peru di tahun 1964. 

Tragedi sepak bola di Peru memakan korban jiwa sebanyak 328 orang. Melansir Goodstats.id, insiden di Peru disebut juga sebagai Estadio Nacional Disaster. 

Tragedi paling mematikan di dunia sepak bola ini terjadi pada 24 Mei 1964, saat Peru menjamu Argentinta dalam kualifikasi Olimpiade grup Amerika. 

Baca Juga: 5 Fakta Tragedi Suporter Sepak Bola di Stadion Kanjuruhan Malang

Melansir BBC, saat itu, stadion diisi oleh 53.000 orang melebihi kapasitas stadion Peru. Ketika itu, Argentina memenangi laga.

Saksi menyebutkan, sebenarnya Peru memiliki permainan yang apik, namun ada gol yang dianggap tidak sah oleh wasit yang menyebabkan suporter marah.

Kekacauan besar terjadi dan polisi melemparkan gas air mata. Korban yang meninggal dikabarkan karena sesak napas. 

Data Tragedi Mematikan di Sepak Bola

Tragedi Kanjuruhan menggeser insiden Accra Sports’ Stadium Disaster di Ghana dengan total 126 korban jiwa. Sementara Hillsborouh Disaster di Inggris menelan 96 korban jiwa, diikuti Kathmandu Hailstorm Disaster di Nepal yang menelan 93 korban jiwa. 

Tragedi Kanjuruhan terjadi setelah Arema Malang kalah dari Persebaya Surabaya dalam laga lanjutan Liga 1.

Kedua suporter tim ini memang dikenal dengan rivalitas yang tinggi. Atas sejarah rivalitas tersebut, penyelenggara telah membuat aturan bahwa hanya suporter Arema Malang yang bisa menonton di Stadion Kanjuruhan. 

Baca Juga: 4 Manfaat Trauma Healing Pasca Tragedi, Mengurangi Risiko PTSD

Saat kekalahan terjadi, disebut-sebut sekitar 3000 orang turun ke lapangan sebagai bentuk rasa kecewa sekaligus dukungan semangat kepada tim kesayangan mereka.

Kepolisian lantas merespons dengan membubarkan massa, termasuk menembakan gas air mata ke arah tribun penonton yang membuat suasana semakin panik. Para suporter berdesakan ingin keluar untuk menghindari perihnya terkena gas air mata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News