HOME, AturUang

Kiat Berhemat Bahan Bakar Kendaraan agar Kocek Tidak Terbakar

Kiat Berhemat Bahan Bakar Kendaraan agar Kocek Tidak Terbakar

MOMSMONEY.ID -Sejak awal tahun 2021, harga minyak mentah dunia terus merangkak naik. Pada Januari 2021, harga minyak jenis Brent masih berada di posisi US$ 53,54 per barel dan US$ 50,01 per barel untuk West Texas Intermediate (WTI). Tapi, kini harga kedua jenis minyak mentah itu telah melampaui US$ 70 per barel.

Harga kontrak Brent pada awal pekan ini mencapai US$ 71,65 per barel, sementara kontrak West Texas Intermediate (WTI) atau minyak light sweet sebesar US$ 69,45 per barel.

Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) bulan Mei 2021 pun melonjak menjadi US$ 65,49 per barel atau naik dari US$ 61,96 per barel pada April 2021.

Tak pelak, kenaikan harga minyak mentah itu turut menyulut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) eceran di dalam negeri. Sebut saja, misalnya, harga BBM non subsidi untuk jenis bensin dengan nilai oktan atau research octane number (RON) 90, 92, 95 hingga diesel non subsidi ikut bergerak naik sejak sejak April 2021.

Bukan tidak mungkin, harga BBM subsidi yang dipasarkan PT Pertamina (Persero) juga bakal ikut terkerek naik.

Baca Juga: Mobil Idaman Terbeli, Kantong tetap Terlindungi

Nah, kenaikan harga BBM ini kerap menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Maklum, kenaikan harga BBM acap memantik lonjakan harga-harga kebutuhan pokok. 

Tak terkecuali harga-harga di sektor pelayanan dan jasa. Kalau sudah begitu, daya beli (purchasing power) masyarakat pun melemah. Walhasil, kualitas hidup masyarakat semakin terpuruk.

Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan, menilai kenaikan harga BBM lazim berdampak pada semua sektor. 

Tak hanya transportasi tapi juga sandang, pangan, dan papan. Nah, kalau inflasi ini terus terjadi, ekonomi rumahtangga yang tak mendapatkan kenaikan penghasilan (sesuai inflasi) akan terancam. Apalagi jika rumahtangga mempunyai utang dengan bunga mengambang. 

Baca Juga: Menumpuk Harta agar Masa Depan Anak Berharga

Soalnya, kenaikan inflasi bisa memicu kenaikan suku bunga yang berarti memicu kenaikan pada pembayaran cicilan utang tiap bulannya.

"Bisa dibayangkan, penghasilan tetap, tapi pengeluaran bertambah tidak hanya di biaya hidup, tapi juga di pos pembayaran utang," kata Rakhmi. 

Tak salah, tambah Rakhmi, biasanya kenaikan harga BBM berdampak psikologis terhadap anggaran rumahtangga. Biasanya rumahtangga membutuhkan waktu minimal tiga bulan hingga empat bulan untuk menyesuaikan diri. Menjadi lebih hemat atau justru mengubah pos-pos pengeluaran, atau menambah penghasilan. 

Masa penyesuaian 

Selama satu hingga dua bulan pertama kalangan rumahtangga akan merasakan dampak kenaikan harga BBM tadi. Lalu, satu hingga dua bulan berikutnya mereka mulai menyesuaikan diri. Jadi, jika dalam tiga sampai empat bulan pertama dampak kenaikan BBM masih terasa memberatkan rumahtangga, itu sangat wajar. 

Rakhmi mengingatkan, pada masa-masa penyesuaian ini setiap rumahtangga jangan buru-buru menggunakan dana cadangan. Sebab, kemungkinan defisit di awal pemberlakuan kebijakan kenaikan BBM sangat besar.

"Jangan sampai hanya karena belum terbiasa, kemudian dana cadangan terpakai. Padahal, sebenarnya masih bisa berhemat," saran Rakhmi. 

Baca Juga: Bijak Gunakan Paylater, Bisa untuk Modal Bisnis dan Kebutuhan Darurat

Tapi, lanjut Rakhmi, bila sudah lewat masa 3 bulan sampai 4 bulan, penyesuaian tetap tak bisa dilakukan (memang tak ada lagi pos-pos yang bisa dikurangi), solusinya adalah menambah penghasilan yang signifikan untuk menutupi defisit tadi. 

Nah, bagaimana seharusnya masyarakat mengatur ekonomi rumahtangga di saat harga BBM naik? Berikut ini beberapa tip sederhana yang dirangkum MomsMoney dari sejumlah perencana keuangan:

Evaluasi anggaran rumahtangga.

Seperti telah diuraikan di atas, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok. 

Maka, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengevaluasi anggaran rumahtangga. Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, evaluasi tersebut terdiri dari dua komponen: pengeluaran dan pemasukan. 

Ingat, pertama-tama Anda harus mengevaluasi aspek pengeluaran rumahtangga. Aspek ini terbagi dalam dua kategori, yakni pengeluaran bersifat harian (daily) dan masa mendatang (future). Item pengeluaran harian biasanya terdiri dari biaya makanan, pakaian, transportasi, komunikasi, iuran listrik, dan gas. 

"Nah, mampukah penghasilan Anda memenuhi biaya kegiatan sehari-hari rumahtangga," kata Mike. 

Sementara itu, tambah Mike, pengeluaran yang bersifat future terbagi dalam dua macam: terduga (predicted) dan tidak terduga (unpredicted). 

Baca Juga: Karakter Investasi Pria dan Wanita Ternyata Tidak Sama, Ini Perbedaannya!

Contoh dari pengeluaran terduga antara lain biaya memperpanjang surat tanda nomor kendaraan (STNK) mobil atau sepeda motor, biaya membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) rumah, dan biaya yang bersifat saving, seperti dana pendidikan serta dana pensiun. 

Adapun pengeluaran yang tidak terduga biasanya menyangkut dana kesehatan atau kecelakaan. 

"Semua komponen pengeluaran itu harus bisa Anda deteksi. Setelah itu, lakukan alokasi anggaran dengan cermat agar tidak menambah beban hidup Anda," kata Mike. 

Dia mengakui, ketika biaya hidup naik, penghasilan seseorang biasanya juga akan naik. Masalahnya, penghasilan tersebut kerap tidak sesuai dengan biaya hidupnya. Oleh sebab itu, ketika harga kebutuhan pokok naik akibat lonjakan harga BBM, Anda juga dituntut meningkatkan penghasilan. 

Cara untuk itu bisa dilakukan dengan berbagai upaya. Antara lain, meningkatkan kualitas kemampuan di perusahaan tempat bekerja, mendiversifikasi penghasilan, dan meningkatkan pendapatan bisnis (bagi wiraswasta). 

"Jadi, situasi kegiatan yang menghasilkan pendapatan harus dievaluasi. Semua itu bertujuan mengimbangi anggaran pengeluaran," imbuh Mike. 

Evaluasi aktivitas transportasi 

Namanya juga mengatasi dampak kenaikan harga BBM, jadi, semua hal yang berkaitan dengan rutinitas transportasi harus dievaluasi. Ini bertujuan agar Anda bisa menghemat anggaran transportasi sehari-hari, sehingga penghasilan yang didapat bisa dimanfaatkan secara maksimal. 

Evaluasi dilakukan selama sepekan, pada hari aktif bekerja atau masa berlibur. Mike bilang, evaluasi itu bisa dilakukan dengan cara mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.

Bagi Anda yang bekerja sebagai karyawan kantoran (bagian administrasi, keuangan, dan lain-lain), sebaiknya menggunakan transportasi umum atau bike to work alias bersepeda ketika hendak pergi ke kantor. 

"Jika tetap ingin menggunakan kendaraan pribadi, usahakan memanfaatkannya secara kolektif. Anda pergi ke kantor dengan teman, sehingga biaya bahan bakar bisa ditanggung bersama," saran Mike. 

Baca Juga: Siapkan Polis Asuransi Sebelum Kritis

Cara yang lain adalah mengatur jalur transportasi yang kita lalui ketika beraktivitas di luar rumah. 

"Sebelum bepergian dengan kendaraan pribadi, usahakan mengatur jalur transportasi yang akan kita lalui. Kalau kita punya aktivitas, usahakan juga dalam sehari bisa selesai ke beberapa tempat. Jadi, kita efisiensi di waktu," imbuh Mike. 

Cara lain untuk menghemat anggaran transportasi adalah mengombinasikan penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Jadi, ketika hendak pergi ke kantor, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor, lalu dilanjutkan dengan kendaraan umum, seperti kereta api, angkot atau bus. 

Selain hemat biaya, Anda juga bisa hemat waktu. Penghematan lain yang bisa dilakukan, imbuh Rakhmi, adalah mengurangi aktivitas berlibur menggunakan kendaraan pribadi. 

"Misalnya, biasa jalan-jalan setiap akhir pekan, sekarang dikurangi dan lebih banyak bermain di rumah," kata dia. 

Evaluasi perawatan kendaraan 

Langkah lain yang harus Anda lakukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM adalah mengevaluasi perawatan kendaraan pribadi. Tujuannya, kata Mike, demi menghemat konsumsi bahan bakar kendaraan. 

Yang tadinya Anda tidak peduli, sebaiknya mulai melakukan perawatan kendaraan secara optimal. "Jika mesin kendaraan Anda bagus, selain konsumsi BBM irit, juga bisa menghemat pembelian suku cadang," kata Mike. 

Baca Juga: Merancang Strategi agar Proposal Kredit Disetujui Bank

Dan, ketika harga BBM naik, biasanya harga onderdil kendaraan bermotor juga akan ikut terkerek. Untuk menghemat pengeluaran biaya pembelian onderdil di bengkel, Anda harus mulai mempelajari perawatan kendaraan dengan baik. 

Dengan memperlakukan kendaraan kita secara baik, kerusakannya bisa ditekan. Cara ini bisa menghemat pemborosan bahan bakar dan pembelian onderdil. 

Evaluasi jenis kendaraan 

Satu lagi, langkah mengatasi kenaikan harga BBM adalah mengevaluasi jenis kendaraan yang Anda gunakan. Untuk menekan anggaran transportasi, tak ada salahnya Anda mencoba mengganti kendaraan Anda dengan jenis yang bisa menghemat bahan bakar. 

Sekarang banyak pilihan kendaraan. Misalnya, saat ini sudah ada mobil yang hanya mengonsumsi bahan bakar 1 liter, tapi bisa menempuh jarak hingga sejauh 15 km sampai 30 km.

Baca Juga: Melakukan Hobi Tanpa Pusing Kehabisan Uang, Begini Caranya

Mike mengatakan, biasanya penghematan banyak dilakukan oleh kalangan yang pas-pasan. Namun, dalam kasus lonjakan harga BBM, kalangan menengah atas bisa melakukan penghematan. 

"Contohnya, jika seseorang sudah tak mampu memiliki mobil mewah, jangan sungkan-sungkan mengganti mobilnya dengan model yang lebih ekonomis dan hemat BBM. Kendati dari sisi prestise turun, tapi dia tetap memiliki mobil," tandas Mike. 

Nah, kini kembali pada Anda sendiri. Sanggup berhemat?

Selanjutnya: Menikmati Kartu Kredit tanpa Tercekik Setan Kredit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News