HOME, InvesYuk

IHSG Tidak Fit di Akhir Pekan

IHSG Tidak Fit di Akhir Pekan

MOMSMONEY.ID - Menjelang akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak menunjukkan kekuatannya. Liat saja, Pada penutupan perdagangan Jumat (13/8), IHSG turun tipis 0,0026% ke level  6.139,49 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika dihitung selama lima hari belakangan, IHSG sudah melemah 1,36% dari level 6.223,83.

Total volume transaksi bursa mencapai 19,34 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 13,59 triliun. Sebanyak 319 saham turun harga. Ada 198 saham yang menguat dan 140 saham flat.

Hendri Widiantoro, Analis Erdikha Elit Sekuritas menilai ada beberapa faktor yang menjadikan IHSG melemah. Yaitu, saham-saham ditransaksikan dengan volume yang relatif sepi dibanding rata-rata volume lima hari perdagangan sebelumnya. Tidak hanya itu, indeks juga terbebani oleh beberapa sektor saham yang menurun. Seperti sektor consumer cyclicals yang turun 1,664%, teknologi 1,549%, infrastruktur 1,098%, properti dan real estate 0,642%, energi 0,267%, farmasi 0,294%, dan basic materials 0,038%.

"Pada pelemahan indeks juga terlihat investor asing melakukan net buy atawa pembelian bersih Rp 444,31 miliar di seluruh pasar. Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp 310 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 232,1 miliar. Sementara saham-saham dengan net sell atau penjualan bersih terbesar asing adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 72,3 miliar, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 27 miliar," ungkap Hendri.

Baca Juga: XPERIENCE XPRESS SALE Diskon Mulai 40% Kupon Diskon s.d Rp170ribu di Traveloka

Kalaupun IHSG sempat menguat dan melemah di akhir pekan ini, Hendri bilang, para pelaku pasar kini lebih berhati-hati dengan perkembangan kasus covid-19. Dimana kasus di dalam negeri maupun global mulai meningkat akibat varian delta.

"Ditambah pernyataan Sir Andrew Pollard, Kepala Oxford Vaccine Group yang mengatakan kekebalan kelompok tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan vaksin. Hal ini tentu menjadi salah satu faktor meningkatkanya kekhawatiran kenaikan kasus covid di beberapa negara," ujarnya.

Awal pekan depan, Hendri memperkirakan IHSG bisa melemah dari beberapa indikator ekonomi seperti neraca perdagangan, ekspor dan impor, dan suku bunga acuan. Bicara soal suku bunga acuan, Hendri mengatakan pada pekan depan, belum ada perubahan terkait suku bunga acuan. Kebijakan PPKM yang masih berlangsung hingga 16 Agustus, ditambah kasus covid diatas 20.000 berpotensi membuat Bank Indonesia (BI) tidak melakukan perubahan kebijakan moneternya.

"Karena aktivitas belum sepenuhnya normal, dan sangat berisiko apabila BI melakukan perubahan kebijakan moneter," tandasnya.

Sedangkan dari sisi ekspor dan impor, Hendri melihat cenderung menurun yakni di level 30,3% dan 52,15% dari yang sebelumnya 54,46% dan 60,12%. Penurunan ini katanya sejalan dengan rilisnya data PMI manufaktur bulan Juni yang mengalami kontraksi. Kendati demikian, dilihat dari neraca perdagangan, Hendri beranggapan hasilnya akan kembali surplus dan meningkat dari sebelumnya US$ 1,32 miliar menjadi US$ 2,27 miliar.

Untuk hari Senin, (16/8), Hendri memperkirakan IHSG akan bergerak di rentang 6.090 sampai 6.200.

Baca Juga: Promo Hokben 12–15 Agustus 2021, Harga Super Bowl Merdeka Hanya Rp 30.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News