MOMSMONEY.ID - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat terutama para orangtua agar tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat, apalagi di masa mudik lebaran ini.
Imbauan itu sebagai tindak lanjut terhadap Surat Edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta edaran Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor surat HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) pada 27 April 2022.
Saat ini, hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus ini terus bertambah, di mana tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut. Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Baca Juga: Kenali Gejala Hepatitis Akut, Penyebab 3 Pasien Anak Meninggal di Jakarta
Ketua Umum PB IDI, dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, meminta agar seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni Puskesmas, Posyandu, klinik praktek mandiri, serta dokter praktek perorangan juga mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa.
Hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini memiliki gejala antara lain: Perubahan warna urin (gelap) dan/atau feses (pucat), kuning, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal. Kemudian demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut, lesu, dan atau hilang nafsu makan, diare, serta kejang, dan ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST)/SGOT atau Alanine transaminase (ALT)/SGPT lebih dari 500 U/L.
Sementara, dari pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun, pada beberapa kasus ditemukan SARS-Cov-2 dan/atau Adenovirus. Oleh karena itu, pemeriksaan pathogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut.
Pencegahan infeksi
• Mencuci tangan
• Meminum air bersih yang matang
• Makan makanan yang bersih dan matang penuh
• Membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya
• Menggunakan alat makan sendiri-sendiri
• Memakai masker dan menjaga jarak
• Mendeteksi secara dini jika menemukan anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual/muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/kejang, lesu, demam tinggi, dan memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Baca Juga: Kemenkes Lebih Waspada Setelah 3 Anak Meninggal Akibat Hepatitis Akut
Sejauh ini, respon klinis dan kesehatan masyarakat telah diterapkan di Inggris Raya dan sejumlah negara di mana kasus ini muncul untuk mengoordinasikan penemuan kasus dengan penyelidikan penyebab penyakit dalam kasus hepatitis akut ini.
Adapun, Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan RI juga sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memasukkan riwayat perjalanan yang lebih rinci, dan tes virologi/mikrobiologi tambahan.
Kronologis temuan kasus berdasarkan WHO dan Kemenkes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News