Keluarga

Gaya Asuh Authoritarian Parenting Berisiko Rugikan Anak, Kenali Cirinya!

Gaya Asuh Authoritarian Parenting Berisiko Rugikan Anak, Kenali Cirinya!

MOMSMONEY.ID - Ada 4 gaya pengasuhan anak yang populer, salah satunya authoritarian parenting atau pola asuh otoriter. Gaya asuh authoritarian parenting berisiko merugikan anak.

Menurut Aude Henin, PhD, sebagaimana dikutip dari Verywell Family, gaya asuh authoritarian parenting dicirikan dengan kontrol perilaku dan psikologis yang tinggi termasuk ekspektasi yang kaku untuk membuat anak patuh pada aturan dan tuntutan orang dewasa, disiplin yang keras, serta hukuman untuk ekspektasi yang dilanggar.

Henin menambahkan bahwa orang tua yang menerapkan gaya asuh authoritarian parenting cenderung menunjukkan sedikit toleransi terhadap ekspresi kebutuhan dan tuntutan anak serta memiliki lebih sedikit fokus terhadap emosi anak.

Bagi authoritarian parent, hukuman fisik dan teriakan merupakan hal yang wajar untuk anak dapatkan saat mereka melakukan kesalahan. Melihat fakta tersebut, tentu authoritarian parenting akan sangat merugikan anak baik untuk saat ini maupun untuk masa depan mereka.

Lebih jelasnya, berikut karakteristik gaya asuh authoritarian parenting yang wajib orang tua ketahui sebagaimana dilansir dari Verywell Mind.

Baca Juga: Hypnoparenting Bisa Membantu Anak Menjadi Pribadi yang Baik, Benarkah Begitu?

1. Gemar menuntut namun tidak responsif

Orang tua yang mengadopsi gaya pengasuhan authoritarian parenting memiliki banyak aturan dan bahkan kerap mengatur semua aspek kehidupan serta perilaku anak baik di rumah maupun di depan umum.

Selain itu, authoritarian parent juga memiliki banyak aturan tidak tertulis yang diharapkan dipatuhi oleh anak meski anak sama sekali tidak mengetahui aturan tersebut.

Alih-alih menjelaskan kepada anak tentang aturan tidak tertulis yang ditetapkan, authoritarian parent cenderung mengharapkan anak mengetahui aturan tersebut dan mengikutinya.

2. Memiliki sedikit kehangatan

Orang tua dengan gaya pengasuhan authoritarian sering kali terlihat dingin, menyendiri, dan kasar. Mereka juga cenderung gemar mengomeli atau meneriaki anak daripada memberikan dorongan dan pujian.

Umumnya, authoritarian parent lebih menghargai disiplin daripada kesenangan anak serta mengharapkan anak harus dilihat bukan didengar.

3. Jarang memberikan penjelasan atas hukuman

Authoritarian parent biasanya tidak memiliki masalah dengan hukuman fisik yang sering kali melibatkan pemukulan.

Daripada mengandalkan penguatan positif, orang tua yang menerapkan authoritarian parenting lebih memilih untuk bereaksi dengan cepat dan kasar ketika anak melanggar aturan yang telah ditetapkan.

4. Jarang membiarkan anak membuat pilihan sendiri

Orang tua dengan authoritarian parenting cenderung tidak memberikan pilihan kepada anak-anaknya. Sebaliknya, authoritarian parent justru menetapkan aturan dan pendekatan yang harus sesuai dengan cara mereka dalam hal mendisiplinkan anak.

Intinya, orang tua dengan gaya authoritarian parenting hanya memiliki sedikit ruang untuk bernegosiasi dan jarang membiarkan anak-anaknya membuat pilihan sendiri.

5. Tidak sabar dengan perilaku buruk anak

Orang tua yang authoritarian kerap mengharapkan anak untuk mengetahui sendiri mengapa mereka harus menghindari perilaku tertentu atau perilaku yang tidak diinginkan.

Ini karena authoritarian parent tidak memiliki banyak kesabaran untuk menjelaskannya kepada anak. Orang tua tipe ini juga cenderung mengeluarkan sedikit energi untuk membicarakan perasaan bersama anak.

6. Sulit percaya kepada anak

Kebanyakan authoritarian parent sulit atau bahkan tidak memercayai anak-anaknya sama sekali untuk membuat pilihan yang baik. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini cenderung tidak memberikan banyak kebebasan kepada anak untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menunjukkan perilaku yang baik dengan sendirinya.

Alih-alih membiarkan anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi alami atas pilihan mereka, orang tua yang authoritarian gemar mengarahkan anak untuk memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.

7. Menggunakan rasa malu untuk mendisiplinkan anak

Authoritarian parent bisa menjadi sangat kritis dan menggunakan rasa malu sebagai taktik untuk memaksa anak mengikuti aturan.

Orang tua dengan authoritarian parenting cenderung tidak ragu untuk menggunakan frasa seperti: “Kenapa kamu selalu melakukan hal itu?”, “Berapa kali saya harus mengatakan hal yang sama kepada kamu?”, atau “Kenapa kamu tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar?” kepada anak-anak mereka.

Dibandingkan mencari cara untuk membangun harga diri atau self-esteem anak, orang tua yang menerapkan authoritarian parenting sering kali percaya bahwa rasa malu akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik.

Baca Juga: Authoritative Parenting Jadi Gaya Pengasuhan Terbaik, Inilah Alasannya

Efek negatif authoritarian parenting bagi anak

Gaya pengasuhan authoritarian parenting telah dikaitkan dengan hasil anak di berbagai bidang seperti keterampilan sosial dan kinerja akademik. Kemungkinan besar, anak-anak yang diasuh oleh sosok authoritarian parent cenderung sebagai berikut:

  • Takut atau terlalu malu berada di sekitar orang lain
  • Menjadikan ketaatan dan kesuksesan sebagai faktor untuk mendapatkan cinta atau merasa dicintai
  • Mudah menyesuaikan diri namun juga rentan mengalami depresi dan kecemasan
  • Menampilkan perilaku yang lebih agresif terhadap orang lain
  • Menampilkan lebih sedikit perilaku prososial
  • Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial karena kurangnya kompetensi sosial
  • Memiliki harga diri yang lebih rendah
  • Memiliki lebih banyak gejala negatif seperti hiperaktif dan masalah perilaku
  • Berjuang dengan pengendalian diri akibat jarang membuat pilihan sekaligus mengalami konsekuensi alaminya

Moms, supaya tidak tumbuh menjadi orang tua yang authoritarian dan berakhir merugikan anak, alangkah baiknya Anda mulai belajar untuk menerapkan lebih banyak gaya pengasuhan yang berwibawa atau authoritative parenting.

Ini termasuk mendengarkan anak tanpa menghakimi, memvalidasi perasaan anak, menetapkan aturan yang masuk akal dan menindaklanjuti konsekuensinya dengan konsisten, serta menghindari hukuman fisik. Semoga bermanfaat ya, Moms.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News