AturUang

Dunia Terancam Resesi, Apa Itu Resesi dan Dampaknya Bagi Ekonomi?

Dunia Terancam Resesi, Apa Itu Resesi dan Dampaknya Bagi Ekonomi?

MOMSMONEY.ID - World Bank memprediksi perekonomian dunia bakal mengalami resesi pada tahun depan. Presiden Bank Dunia David Malpass menjelaskan bank-bank sentral di seluruh dunia dalam tren menaikkan suku bunga di tahun ini dan diprediksi masih akan berlanjut hingga tahun depan. 

Kondisi tersebut membuat tingkat inflasi inti secara global bisa mencapai sekitar 5% pada 2023 atau naik dua kali lipat dibanding periode 5 tahun sebelum pandemi.

Inflasi ini bisa saja lebih tinggi jika memperhitungkan kenaikan harga energi. Apabila disertai dengan tekanan pasar keungan maka pertumbuhan ekonomi global akan mengalami resesi dan memberikan konsekuensi yang berat bagi negara berkembang. 

Baca Juga: Tips Investasi di Kala Resesi Ekonomi, Bisa Pilih Aset Ini

Apa itu resesi? 

Melansir OJK, resesi adalah kondisi perekonomian suatu negara yang memburuk dilihat dari pertumbuhan ekonomi atau PDB yang negatif, tingkat pengangguran meningkat serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Jadi untuk mengetahui apakah Indonesia akan masuk ke jurang resesi, Moms bisa melihat data pertumbuhan ekonomi setiap kuartal yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Sementara itu, melansir Forbes, resesi adalah penurunan ekonomi yang berlangsung selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Kondisi ini dapat dilihat dari adanya pertumbuhan ekonomi yang negatif, peningkatan pengangguran, jatuhnya penjualan ritel dan turunnya pendapatan sektor manufaktur. 

Apa saja penyebab resesi?

Mengutip Forbes, penyebab resesi antara lain guncangan ekonomi secara mendadak seperti yang terjadi pada tahun 1970-an saat OPEC mengurangi suplai minyak ke Amerika Serikat tanpa peringatan sebelumnya. Juga bisa disebabkan penyebaran Covid-19.

Kemudian, besarnya utang yang diambil oleh sebuah perusahaan besar dan berdampak pada sektor perekonomian lainnya karena ada kemungkinan gagal bayar. 

Penyebab lainnya adalah asset bubbles atau kondisi saat investor terlalu ambisius dalam berinvestasi atau berinvestasi secara irasional. Hal ini pada mulanya akan menciptakan keuntungan yang besar, namun pada akhirnya pasar akan pecah dan terjadi penjualan secara panik.

Penyebab selanjutnya adalah inflasi maupun deflasi yang tidak terkontrol. Saat inflasi, bank sentral akan meningkatkan suku bunga dan menekan kegiatan ekonomi. Sementara saat deflasi, seluruh harga turun terus-menerus membuat beberapa perusahaan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang. 

Terakhir, adanya perubahan teknologi. Kehadiran teknologi mungkin membantu ekonomi dalam jangka panjang, namun tetap saja adanya penyesuaian. Pada abad ke-19 saat revolusi industri terjadi banyak teknologi yang muncul dan membuat beberapa pekerjaan hilang. Inilah yang memicu munculnya resesi. 

Bagaimana dampak resesi ekonomi?

Melansir OJK, resesi ekonomi membuat para pelaku bisnis akan menahan kapasitas produksi. Pada akhirnya akan banyak pemutusan hubungan kerja (PHK).

Selain itu, kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor akan memilih tempat yang lebih aman untuk menyimpan uangnya.

Terakhir, masyarakat akan menahan belanja dan mengutamakan barang-barang pokok. Saat daya beli masyarakat ini turun, maka barang-barang di pasaran tidak akan laku dan menekan dunia usaha.

Baca Juga: Proyeksi IHSG Akhir Tahun dan Rekomendasi Saham Pilihan

Apa perbedaan resesi dengan depresi?

Forbes menjelaskan bahwa resesi dan depresi disebabkan oleh hal yang sama. Perbedaannya dapat dilihat dari dampaknya.

Depresi menyebabkan lebih besar angka kehilangan pekerjaan, lebih tingginya tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang turun lebih dalam. Depresi biasanya berlangsung lebih lama hingga beberapa tahun. 

Salah satu peristiwa depresi pernah terjadi pada tahun 1929-1933 yang disebut The Great Depression di Amerika Serikat. Saat itu tingkat pengangguran meningkat hingga 25% dan pertumbuhan ekonomi ambruk hingga 30%. 

Sementara, Great Reccesion juga pernah dialami negara tersebut pada Desember 2007-2009. Saat itu tingkat penganguran meningkat hingga 10%.

Sebenarnya jika dilihat dari tingkat pengangguran, kondisi terparah justru terjadi pada Mei 2020 di mana tingkat pengangguran di Amerika Serikat mencapai 14,7%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News