HOME, BisnisYuk

Covid-19 Menginspirasi Arana Bike Mengolah Bambu Menjadi Sepeda

Covid-19 Menginspirasi Arana Bike Mengolah Bambu Menjadi Sepeda

MOMSMONEY.ID - Covid-19 ternyata membawa banyak duga bagi warga dunia. Namun, pandemi covid-19 juga membawa peluang bagi pelaku usaha yang piawai melihat cuan. Salah satu orang yang mampu melihat cuan saat pandemi itu adalah, Deny Hestiningrum, pendiri Arana Bike, yang mengolah bambu menjadi sepeda yang bisa digowes ribuan bahkan puluhan ribu kilometer.

Mungkin kita masih ingat, di awal-awal covid-19 melanda tahun 2020 lalu, demam bersepeda sempat menjangkiti banyak orang yang ingin berolahraga. Aktivitas bersepeda menjadi hiburan banyak orang, termasuk Denny sendiri. Kecintaannya dengan sepeda inilah yang membawa dirinya membangun sepeda dengan bahan baku bambu.

Memang, sepeda dari bambu bukanlah yang pertamakali diproduksi di Indonesia. Namun, Denny terinspirasi dari pembuatan sepeda bambu yang dipadukan dengan estetika dan tren bersepeda kekinian. “Kebetulan sepeda yang lagi booming adalah gravel, kita produksilah sepeda itu dari bambu,” jelas Denny.

Memanfaatkan momentum demam sepeda tahun 2020 itulah, Denny yang sudah memiliki bisnis panel kayu memutuskan ujicoba produksi. Karena sudah memiliki alat dan workshop produksi di Bogor, Jawa Barat, alhasil Denny hanya butuh mencari bambu sebagai bahan baku produksinya. Alasan lain, produksi sepeda bambu dilakukan karena pesanan untuk panel kayu sepi saat pandemi tiba.

Baca Juga: Plafon KUR 2022 Naik, Berikut Tips Pengajuan KUR BRI untuk UMKM

Dikarenakan belum pernah produksi sepeda bambu sebelumnya, Deny beserta tim memulainya dari nol. Serangkaian ujicoba produksi dilakukan, sampai akhirnya mereka menemukan bambu yang cocok digunakan, yaitu jenis bambu gombong atau dikenal dengan nama latin gigantochloa pseudoarundinacea.

Serat bambu yang sejajar, menjadikan bahan alami itu kuat dan kokoh saat menahan beban. Untuk menemukan komposisi frame sepeda bambu yang cocok, Deny butuh waktu hingga berbulan-bulan. Proses riset dan produksi yang dilakukan tahun 2020, pihaknya baru bisa masuk tahap komersial tahun 2021 dengan nama Komodo Bike dengan geometri gravel.

Proses pengembangan Komodo Bike juga terbilang lama, dan yang terlibat dalam pengembangan sepeda itu juga cukup banyak. Beruntung Deny sudah lama melalangbuana di dunia perkayuan, sehingga banyak memiliki relasi yang bisa mengukur ketahanan kayu dan uji stres kayu. “Modal yang digunakan juga minim sekali,” kata Denny.  

Setelah berhasil produksi prototype yang siap dikomersialkan tahun 2021, barulah Arana Bike mendapatkan pesanan dari pelanggan. Setidaknya, Denny dan timnya berusaha mewujudkan alat transportasi ramah lingkungan yang juga diproduksi dari produk ramah lingkungan.

Lolos uji SNI

Setelah berhasil produksi, tantangan selanjutnya adalah bagaimana cara memasarkan sepeda bambu tersebut. Karena dia adalah alat transportasi sepeda, maka Denny harus ikut regulasi produksi sepeda, salah satunya harus memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). “Kami daftarkan ke laboratorium uji SNI, dan ternyata Komodo Bike berhasil lulus sertifikat SNI,” jelas Denny.

Dewi Fortuna semakin berpihak kepada Denny. Ia mendapatkan pesanan Komodo Bike dari salah satu aktivis lingkungan yang ingin melakukan gowes mengitari pulau Sulawesi dengan jarak 2.500 kilometer selama sebulan penuh. Awalnya, Deny sempat khawatir sepeda bambu itu mengalami masalah di jalan. “Kami siagakan frame cadangan jika terjadi apa-apa, namun ternyata touringnya lancar tanpa kendala berarti,” tambah Denny.

Sejak Komodo Bike digunakan touring Sulawesi, pamor dari Arana Bike semakin bergema. Sepeda dari bambu itu menjadi bahan perbincangan di kalangan aktivis lingkungan. Alhasil, satu per satu pesanan datang ke meja Denny. Selain itu, banyak juga teman Denny yang hobi gowes juga ikut membeli sepeda unik dan eksotik itu.

Baca Juga: Kisah Mantan Pegawai Bank yang Sukses Bikin Sepatu Raja

Tercatat, sepanjang tahun 2021 lalu, Denny berhasil menjual sekitar 20 unit sepeda bambu. Adapun soal harga, Denny mematoknya beragam tergantung kelengkapan dan kualitas komponen dan part sepeda yang diinginkan. Kalau frame bambu saja, Arana Bike membanderolnya Rp 5 juta, kalau full bike bisa beragam, ada yang Rp 19 juta serta ada yang Rp 26 juta.

Anda yang tertarik memesan, sebaiknya pesan jauh-jauh hari karena proses pembuatannya masih inden. Sebab, untuk menyelesaikan pembuatan sepeda dari bahan baku bambu itu butuh waktu minimal satu bulan, itu jika cuaca cerah sehingga penjemuran bambu sempurna. Proses produksi bisa lebih lama lagi Ketika musim hujan.

Asal tahu saja, bambu setelah dikeringkan, selanjutnya masuk proses pemotongan, kemudian perakitan, hingga pengecatan dan pemberian bahan anti jamur dan anti rayap dan juga anti air.

Bambu lentur dan kuat

Sukses memproduksi Komodo Bike dengan geometri gravel, Arana Bike berencana memproduksi geometri sepeda jenis lain. Mulai dari sepeda jenis mountain bike (MTB) maupun jenis road bike serta mini velo. Adapun dari tiga rencana produksi ini, baru jenis mini velo yang sudah berhasil diproduksi dan kini sedang memasuki uji SNI.

Baca Juga: Simak Peluang Bisnis Sedotan Ramah Lingkungan yang Digemari Para Turis

Deny menjelaskan, bambu secara alami memiliki sifat yang lentur dan kokoh. Bambu terbukti juga banyak digunakan sebagai material bangunan selama ratusan tahun oleh nenek moyang manusia. Kekuatan dari bambu inilah yang diadopsi dalam pembuatan frame sepeda. “Secara struktur, bambu juga bisa direkayasa dan stabil,” tambah Denny.

Namun memang, tak semua bahan dalam pembuatan frame adalah bambu. Denny juga menambahkan karbon untuk siku-siku yang menghubungkan frame dengan hub roda dan juga dengan fork atau garpu sepeda. Begitu juga dengan garpu sepedanya, yang menggunakan material besi. “Garpu juga diproduksi oleh UMKM,” ungkap Denny.

Atas kreatifitasnya ini pula, Arana Bike ikut menjadi salah satu peserta pameran UMKM expo BRIlianpreneur 2021 yang diselenggarakan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Deny bilang, dalam pameran itu, mereka mendapatkan banyak relasi termasuk dari buyer yang tertarik untuk membeli sepeda mereka.

Baca Juga: Kisah Mantan Pegawai Bank yang Sukses Bikin Sepatu Raja

Namun untuk ekspor sepeda bambu itu, Denny mesti melakukan banyak persiapan. Salah satunya adalah regulasi dari negara tujuan ekspor. Banyak negara tujuan ekspor membutuhkan surat legalitas bahan yang digunakan. “Sejatinya sudah ada yang tertarik tetapi kami harus memenuhi ketentuan ekspor itu,” ungkap Denny.

Terkait dengan pesanan sampai Merat 2022 ini, Denny bilang sudah ada pesanan sebanyak 10 unit. Adapun target Denny adalah, tahun ini penjualan Arana Bike bisa melebihi penjualan tahun lalu. Salah satu pendorong pertumbuhan penjualannya adalah, Arana Bike akan meluncurkan varian baru model mini velo.  

Asal tahu saja, margin dari pengerjaan sepeda bambu ini berkisar antara 10%-20%. Denny bilang, mereka masih baru, sehingga masih butuh pasar untuk membuktikan produknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News