Keluarga

Campak Sangat Berbahaya jika Terjadi Komplikasi, Kenali Gejala Campak

Campak Sangat Berbahaya jika Terjadi Komplikasi, Kenali Gejala Campak

MOMSMONEY.ID - Campak akan sangat berbahaya jika terjadi komplikasi. Dampaknya bisa menyebabkan diare berat hingga kematian. Kenali gejala campak berikut ini.

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prima Yosephine mengatakan, yang dikhawatirkan dari campak adalah komplikasi.

"Komplikasi campak umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi," katanya, dilansir dari laman Kemenkes, Senin (23/1). 

"Seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya, sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan," ujar dia.

Baca Juga: Tak Perlu Tunggu Dapat Tiket, Langsung Bisa Vaksin Covid-19 Booster Kedua

Gejala campak

Secara umum, gejala campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Biasanya, gejala muncul 2 sampai 4 hari setelah gejala awal.

Penyebab campak adalaah virus campak, dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Dan, campak salah satu penyakit yang sangat menular.

Pencegahan campak hanya bisa dengan imunisasi. Sehingga, imunisasi sesuai jadwal harus dilakukan supaya anak-anak terhindar dari campak. 

Keadaan di Indonesia hampir 3 tahun terakhir sejak pandemi Covid-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi.

Cakupan imunisasi terlihat turun secara signifikan karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak anak tidak diimunisasi. 

Baca Juga: Moms Wajib Tahu! Ini 4 Cara Mencegah Pneumonia pada Anak

KLB campak

Sepanjang 2022 lalu, ada 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB) campak.

Suatu daerah disebut KLB kalau ada minimal 2 kasus campak yang sudah terkonfirmasi secara laboratorium, dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.

"Selama tahun 2022, jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak, lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus-kasus ini menyebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi," ucap Prima.

Dibandingkan dengan tahun 2021, ada peningkatan yang cukup signifikan, kurang lebih 32 kali lipat.

Penyebabnya, karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin. Sehingga, banyak anak-anak yang tidak diimunisasi rutin akibat pandemi.

Baca Juga: Hati-Hati! Ini 5 Penyakit yang Rentan Terjadi pada Anak

Surveilans campak

Pemerintah melakukan penguatan surveilans campak dan rubella. Jadi, kasus yang diduga campak rubella, yakni pasien yang mengalami demam dan ruam-ruam, harus diambil spesimennya dan diperiksa di laboratorium.

Jadi, lewat penguatan surveilans ini, dengan segera menemukan kasus suspek campak rubella dan segera melaporkan supaya pasien bisa penanganan segera dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

"Pemerintah menargetkan eliminasi campak rubella tahun 2023 secepatnya. Eliminasi itu adalah suatu keadaan di mana kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini," ungkap Prima.

"Sehingga, tentu tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Tapi, dengan ada kenaikan kasus campak di negara kita, tentu mimpi untuk mencapai eliminasi ini menjadi agak sulit untuk bisa merealisasikannya tahun ini," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News