HOME, Keluarga

Bulu Hewan Peliharaan Rontok? Ini 4 Kemungkinan Penyebabnya

Bulu Hewan Peliharaan Rontok? Ini 4 Kemungkinan Penyebabnya

MOMSMONEY.ID - Ketika Anda memelihara hewan seperti anjing dan kucing, kerontokan bulu merupakan masalah harian yang umum terjadi. Ini memang menyebalkan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran.

Apalagi jika kerontokan bulu disertai dengan masalah lain, seperti muntah hairball atau gatal yang menyebabkan hewan menggaruk secara berlebihan.

Seekor kucing yang kehilangan bulu bisa lengkap atau sebagian disebut alopecia yang terjadi karena berbagai alasan. Paling umum disebabkan oleh alergi kulit. Anjing juga mengalami hal yang sama.

Kerontokan normal lainnya disebut pinnal alopecia, yakni kerontokan bulu di bagian luar pinnae telinga yang umum terjadi pada kucing Siam dan dapat sembuh dengan sendirinya. Sementara hewan dewasa juga mengalami alopecia preauricular, yakni penipisan bulu pada strip kulit antara telinga dan mata.

Baca Juga: Kenali Gejala dan Penyebab Toksoplamosis pada Anjing

Kerontokan bulu sebenarnya tidak benar-benar menunjukkan penyakit serius. Kucing dan anjing yang mengalami kerontokan bisa sembuh dan bulu tumbuh kembali. Dilansir dari Catster, Dr. Hayworth, dari Rumah Sakit Hewan VCA Northview di pinggiran Pittsburgh, menjelaskan bahwa sebaiknya kucing kehilangan bulu diobati dan bergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Maka, ketahui beberapa penyebab kerontokan bulu hewan berikut ini.

Stres atau Kecemasan

Saat kucing atau anjing stres, mereka biasanya akan berlebihan dalam menggaruk atau menjilati tubuh yang dapat menyebabkan kerontokan bulu. Ini disebut alopecia psikogenik.

Kucing atau anjing yang mengidapnya biasanya cenderung memilih di perut, samping, dan kaki mereka. Tentang ini, Anda perlu mengonsultasikannya kepada dokter hewan untuk penanganan yang tepat.

Alergi

Alergi sering menjadi penyebab kerontokan bulu pada kucing dan anjing. Alergi ini biasanya bersifat genetik dan melacak penyebabnya mungkin cukup rumit. Namun, pemicunya dapat berupa serbuk sari, jamur, debu, tungau, kutu, dan bahkan makanan.

Kucing atau anjing yang kutuan bisa saja memiliki hipersensitivitas terhadap antigen di dalam air liur kutu. Sementara alergi makanan hanya dapat didiagnosis dengan menjalankan uji coba makanan selama minimal 8 minggu. Gejala alergi ini termasuk kulit gatal, hot spot, bulu rontok merata, gatal telinga kronis, masalah pencernaan, dan diare.

Baca Juga: Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Kucing Peliharaan

Infeksi

Infeksi ini pertama kali terjadi karena kulit yang rusak akibat goresan atau gigitan kutu yang menyebabkan iritasi dan kerontokan bulu. Pioderma adalah istilah yang digunakan untuk menyebut infeksi bakteri pada kulit, terutama bila kulit kemerahan dan mengeluarkan nanah. Ini dapat diobati dengan obat oral atau salep antibiotik, bergantung tingkat keparahannya.

Selain itu, juga dapat disebabkan oleh infeksi jamur atau candida. Infeksi candida dapat menyebabkan iritasi kulit, luka terbuka, dan dapat menyebabkan kerontokan bulu. Sama seperti pioderma, infeksi ini dapat diatasi dengan obat krim antijamur atau obat oral.

Gangguan Endokrin

Seekor kucing yang kehilangan bulu mungkin memiliki hipertiroidisme yang menyebabkan penurunan berat badan dan gejala lainnya. Di luar itu, jika hewan memiliki ketidakseimbangan hormone dan peningkatan steroid dalam tubuhnya, folikel bulu bisa mati dan bulu baru tak bisa tumbuh kembali.

Salah satu penyebabnya adalah penyakit cushing. Dilansir dari Petmd, chusing adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh paparan jaringan tubuh yang terlalu lama terjadap kadar hormone kortisol yang berlebihan. Gejalanya adalah bulu rontok, penggelapan kulit, dan perkembangan perut buncit. Biasanya menyerang anjing-anjing yang sudah senior.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News