Keluarga

6 Tanda Anak Memiliki Mental Korban, Apakah Anak Anda Termasuk?

6 Tanda Anak Memiliki Mental Korban, Apakah Anak Anda Termasuk?

MOMSMONEY.ID - Mental korban atau victim mentality merupakan keadaan di mana seseorang percaya bahwa dirinya adalah korban dan ia tidak memiliki kendali atas hidupnya.

Mental korban dapat berkembang karena berbagai alasan. Pada anak, mental korban bisa tumbuh tatkala mereka diintimidasi oleh teman sebayanya atau ketika anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Saat anak terus memelihara mental korban, itu dapat menyebabkan citra diri yang negatif, sabotase diri, kebencian, dan kurangnya akuntabilitas.

Baca Juga: 5 Perawatan yang Ampuh untuk Menghilangkan Bopeng pada Wajah

Ada sejumlah tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak memiliki mental korban. Melansir Verywell Family, inilah 6 tanda anak memiliki mental korban yang perlu orang tua waspadai.

1. Merasa tidak berdaya

Tanda anak memiliki mental korban yang pertama yaitu mereka merasa tidak berdaya. Anak yang memandang dirinya sebagai korban biasanya tidak akan mencoba apapun untuk mengubah situasi.

Anak cenderung menganggap bahwa tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi hambatan yang sedang mereka hadapi, atau mereka percaya bahwa upayanya untuk menciptakan perubahan tidak akan efektif.

Kemungkinan, anak yang memiliki mental korban tidak mau meminta bantuan tatkala dirinya tidak tahu bagaimana cara mengerjakan sesuatu. Anak pun cenderung pasif ketika teman-temannya memperlakukan mereka dengan tidak baik alih-alih bersikap tegas.

2. Memiliki pandangan yang negatif

Tanda anak memiliki mental korban yang kedua yaitu mereka memiliki pandangan yang negatif. Daripada mengambil langkah, anak lebih mungkin untuk mengasihani diri mereka sendiri dan mengeluh saat suasana hati mereka memburuk atau ketika situasi berubah menjadi sulit.

Kadang-kadang, anak bisa saja menyabotase hal-hal baik yang terjadi dalam hidup mereka bahkan tanpa mereka sadari.

Adapun sabotase diri merupakan kebiasaan maladaptif yang dipelajari akibat trauma dan kesulitan.

3. Fokus pada hal-hal negatif

Tanda anak memiliki mental korban yang ketiga yaitu lebih sering berfokus pada hal-hal negatif. Bahkan ketika sesuatu yang positif terjadi, anak bermental korban cenderung mengabaikan nasib baik mereka.

Semakin anak berfokus pada hal negatif, maka semakin buruk pula perasaan mereka.

Untuk alasan tersebut, sangat penting bagi para orang tua untuk mengajarkan anak-anaknya yang memiliki mental korban tentang bagaimana menjadi lebih positif atau menemukan kebaikan dalam situasi yang menantang.

4. Sering memprediksi sesuatu dengan pandangan buruk

Tanda anak memiliki mental korban yang keempat yaitu mereka sering memprediksi sesuatu dengan pandangan yang buruk. Anak mungkin gemar mengatakan hal-hal seperti “Saya pasti akan gagal dalam ujian besok” atau “Semua orang pasti akan menertawakan saya saat saya bercerita di depan kelas”.

Dalam kebanyakan situasi, anak mungkin juga takut untuk terlalu berharap. Ketika orang lain yakin dengan kemampuan anak dan memberi tahu bahwa dirinya akan memberikan hasil yang terbaik, anak mungkin akan memprediksi bahwa ucapan orang lain tersebut tidak akan berhasil.

Jika pikiran negatif terus-menerus menyelimuti anak, itu bisa menciptakan stres yang tidak perlu sekaligus mempersulit mereka untuk melakukan yang terbaik atau menikmati waktu dengan tenang.

5. Suka menyalahkan orang lain

Tanda anak memiliki mental korban yang kelima yaitu gemar menyalahkan orang lain. Saat keadaan yang anak alami terasa tidak menguntungkan, mereka mungkin akan menyalahkan orang lain atas keadaan tersebut.

Kemungkinan, anak juga bersikeras untuk memprovokasi orang lain dengan sengaja sehingga mereka dapat membangkitkan reaksi negatif yang akan memperkuat anggapan pribadinya bahwa setiap orang jahat kepada mereka.

6. Merasa dirinya paling malang

Tanda anak memiliki mental korban yang terakhir yaitu merasa dirinya paling malang. Anak mungkin sering menggunakan kata-kata “selalu” dan “tidak pernah” ketika menggambarkan keadaan mereka.

Sebagai orang tua dari anak yang memiliki mental korban, Anda mungkin akan sering mendengar anak berkata hal-hal seperti “Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang menyenangkan” atau “Anak-anak lain selalu jahat kepada saya”.

Bahkan, ketika seseorang menunjukkan bukti yang bertentangan dengan anggapan anak, anak dengan pola pikir korban cenderung bersikeras bahwa persepsi mereka tentang kemalangannya merupakan hal yang akurat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News