HOME, Keluarga

5 Perilaku Orang Tua yang Dapat Merusak Mental Anak, Stop Sekarang Juga!

5 Perilaku Orang Tua yang Dapat Merusak Mental Anak, Stop Sekarang Juga!

MOMSMONEY.ID - Setiap orang tua tentu tidak luput dari kesalahan saat membesarkan anak-anak mereka.

Meski dapat dimaklumi mengingat tidak ada satu pun orang yang sempurna di dunia ini, namun para orang tua dituntut untuk selalu bisa melakukan introspeksi diri supaya perilaku atau metode pengasuhan yang diterapkan tidak berakhir merugikan anak.

Sebagai bahan evaluasi Anda, berikut 5 perilaku orang tua yang harus dihindari karena dapat merusak mental anak sebagaimana dilansir dari Bright Side.

Baca Juga: Cegah Anak Tumbuh Menjadi Sosok yang Narsis, Lakukan 6 Cara Ini!

1. Menghukum anak di depan orang lain

Tak jarang, orang tua marah, berteriak, bahkan menghukum anaknya di depan orang lain. Di saat-saat seperti ini, orang tua kerap tidak menyadari dan tidak memikirkan apa dampak perilaku mereka yang demikian terhadap diri anak.

Padahal, anak-anak sebenarnya sangat memedulikan pendapat dari orang-orang di sekitar mereka. Dengan menghukum anak di depan umum, itu akan mempermalukan anak sekaligus merusak kepercayaan diri mereka. Jika terus dibiasakan, anak pun akan cenderung merasa rendah diri hingga mereka tumbuh dewasa.

2. Terlalu menahan diri

Jika Anda jarang memeluk anak-anak Anda dan tidak memberi tahu mereka bahwa Anda mencintainya, anak Anda mungkin akan terisolasi secara emosional.

Saat Anda tidak memahami perasaan dan mendengarkan pendapat anak atau Anda bersikap acuh tak acuh terhadap mereka, maka kemungkinan besar anak akan mencontoh perilaku Anda tersebut dan menerapkannya pada orang lain. Pada akhirnya, anak pun akan kesulitan untuk akrab dengan seseorang, memercayai orang lain, berteman, atau memulai sebuah keluarga.

3. Memberikan kompensasi berlebihan

Ketidaksukaan dari orang tua terhadap gaya parenting ibu dan ayah mereka dulu sering kali menyebabkan keengganan untuk menerapkan metode pengasuhan yang sama pada anak-anak mereka. Apakah Anda termasuk orang tua yang enggan membiarkan anak Anda mendapatkan pengasuhan yang sama dengan yang Anda dapatkan semasa kecil?

Saat membangun keluarga sendiri, Anda sebagai orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anak-anak Anda salah satunya dengan tidak mengulang gaya parenting dari orang tua Anda.

Misalnya, jika gaya pengasuhan orang tua Anda dahulu tergolong otoriter, tentu itu mendorong Anda untuk memberikan banyak kebebasan kepada anak-anak Anda dengan harapan mereka tidak merasakan apa yang Anda rasakan dulu. Padahal, kompensasi semacam itu termasuk berlebihan dan tidaklah baik bagi anak-anak Anda. Alhasil, anak mungkin akan merasa ditinggalkan dan tidak dibutuhkan lagi.

4. Bertindak secara agresif

Anak-anak akan belajar bagaimana menghadapi masalah atau kesulitan dengan cara memerhatikan orang tua mereka.

Meski tak jarang permasalahan yang harus dihadapi orang tua berasal dari anak, namun Anda dituntut untuk tetap bersikap tenang alih-alih agresif.

Pasalnya, saat Anda bersikap kasar kepada anak Anda atau mengekspresikan emosi negatif Anda terhadap mereka terutama jika anak masih berusia dini, itu dapat menyebabkan masalah manajemen marah dalam diri anak. Lama-kelamaan, anak pun akan kesulitan untuk mengontrol amarahnya dengan baik dan cenderung bertindak secara impulsif.

5. Lari dari masalah

Pergi dan melupakan masalah begitu saja memang terasa nyaman dan mudah dilakukan daripada menghadapi dan menyelesaikannya. Akan tetapi, kebiasaan lari dari masalah bukanlah contoh yang baik dan hanya akan membuat masalah yang sedang terjadi semakin berlarut-larut.

Sama halnya dengan sesama orang dewasa, permasalahan dan pertengkaran antara Anda dan anak pun harus ditangani dengan segera guna memperbaiki situasi dan memulihkan kepercayaan. Sebaliknya, saat Anda lebih memilih untuk menghindari masalah yang sedang terjadi di antara Anda dan anak, maka sangat mungkin bagi anak untuk meniru kebiasaan Anda tersebut. Selain itu, anak pun enggan untuk percaya lagi dengan Anda sekaligus akan menganggap Anda sebagai musuhnya.

Daripada hubungan Anda dan anak menjadi renggang, alangkah baik bagi Anda untuk menghadapi masalah yang sedang terjadi dan bergegas menyelesaikannya dengan tetap bersikap tenang dan berbicara penuh rasa hormat kepada anak. Mula-mula, coba dengarkan anak Anda dengan penuh perhatian guna menunjukkan kepada mereka bahwa Anda tertarik dengan apa yang mereka rasakan dan cobalah untuk melihat masalah dari sudut pandang anak.

Kemudian, bicarakan perasaan Anda, jelaskan alasan mengapa Anda marah, dan minta maaflah jika memang Anda yang bersalah. Dengan begini, anak pun tidak akan menganggap Anda sebagai musuh dan bisa percaya lagi kepada Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News